Berita

Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Lilik Unggul Raharjo (Foto: ASI)

Bisnis

ASI: Proyek Infrastruktur Terancam Mandek Gara-Gara Larangan Ini

SABTU, 06 DESEMBER 2025 | 07:59 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kekhawatiran industri semen menjadi kenyataan. Pemerintah telah resmi menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) yang membatasi operasional kendaraan angkutan barang, khususnya truk sumbu 3 atau lebih, selama periode Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).

Pembatasan ini, yang bertujuan menjaga kelancaran lalu lintas di masa puncak mobilisasi, justru memicu keresahan bagi sektor konstruksi dan logistik.

Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menegaskan, lebih dari 80 persen distribusi semen mengandalkan truk sumbu 3. Ketua ASI, Lilik Unggul Raharjo, memperingatkan bahwa larangan ini akan memicu efek domino yang merugikan ekonomi. 


“Stok semen di pasar akan menipis sehingga mengganggu konsumsi masyarakat dan proyek-proyek baik swasta maupun pemerintah,” ujarnya, dalam keterangan yang dikutip redaksi di Jakarta, Sabtu 6 Desember 2025.

Keterlambatan pasokan semen dipastikan menghambat percepatan pembangunan, termasuk proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Keterlambatan proyek infrastruktur ini akan menimbulkan kerugian ekonomi besar, mulai dari hilangnya pendapatan pajak, penundaan investasi, hingga terhambatnya akselerasi pertumbuhan ekonomi dan penurunan daya saing nasional.

Dampak langsung lain adalah membengkaknya biaya. Karena truk sumbu 2 hanya mampu membawa muatan setengah dari truk sumbu 3, maka itu berarti industri harus menambah armada. 

Sebagai gambaran, kata Lilik, truk sumbu 3 itu bisa memuat hingga 30 ton semen. Tapi, menggunakan truk sumbu 2, paling hanya bisa membawa 16 ton saja. 

“Itu kan cukup besar pengurangannya. Artinya, dengan volume yang sama, kita butuh armada yang banyak. Untuk itu, harus investasi lagi dalam jumlah besar. Belum lagi penambahan armada itu kan harus diikuti penambahan sopir juga,” ujar Lilik.

Dengan penambahan armada yang sangat banyak, itu juga pasti akan menambah waktu angkut menjadi lebih lama. Kondisi seperti  itu akan terdampak juga ke lingkungan pabrik-pabrik semen. Ini akan menimbulkan kinerja yang anjlok. 

Demi menjaga kesinambungan pembangunan dan meminimalkan kerugian negara, ASI berharap pemerintah mempertimbangkan pembatasan waktu larangan secara bijak.

"Cukup 5 hari saja. Sebab, berdasarkan pengalaman saat kebijakan ini diberlakukan selama 16 hari pada Lebaran 2025 lalu, terjadi penurunan kinerja industri semen sekitar 25-30 persen dari sisi kegiatan produksi hingga distribusinya," jelasnya.

Meskipun industri meminta larangan hanya 5 hari, SKB yang diterbitkan Kementerian Perhubungan, Korlantas Polri, dan Kementerian Pekerjaan Umum menetapkan pembatasan dalam tiga gelombang utama di sejumlah ruas tol dan non-tol, yang berlaku untuk truk sumbu 3 atau lebih, serta pengangkut bahan galian, tambang, dan bahan bangunan

Berikut periode pembatasan dalam SKB yang diterbitkan pemerintah;

Puncak Natal 19-20 Desember 2025, pelarangan diberlakukan 2 hari penuh
Libur Utama 23-28 Desember 2025 pelarangan diberlakukan 6 hari penuh 
Puncak Tahun Baru 2-4 Januari 2026 pelarangan diberakukan 3 Hari Penuh
Sehingga total pelarangan berlaku selama 11 Hari.

Larangan tersebut tidak termasuk untuk truk pengangkut BBM/BBG, barang pokok, pupuk, dan pakan ternak, asalkan dilengkapi surat muatan resmi.

Kini, pelaku usaha harus berpacu dengan waktu untuk menimbun stok sebelum larangan ini berlaku, atau bersiap menghadapi potensi bottleneck logistik, biaya penyimpanan yang meningkat, dan kerugian kontrak yang signifikan.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya