Buku Rasa Bhayangkara Nusantara yang ditulis oleh Wakapolri Komjen Dedi Prasetyo bersama Dirgayuza Setiawan (Foto:Istimewa)
Wakapolri Komjen Dedi Prasetyo bersama Asisten Khusus Presiden Republik Indonesia Bidang Komunikasi dan Analisa Kebijakan, Dirgayuza Setiawan menyusun menerbitkan buku Rasa Bhayangkara Nusantara.
Buku ini menjadi rujukan penting dalam memperkuat diversifikasi pangan untuk mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto dan disambut baik oleh Badan Gizi Nasional (BGN).
Dalam penyusunan buku ini juga melibatkan akademisi lain di antaranya Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, M.P.H, dan Prof. Fatma Lestari, S.Si., M.Si., Ph.D.
Kehadiran para akademisi dan praktisi lintas bidang memperkaya substansi buku ini, mencakup gizi masyarakat, keamanan pangan, manajemen risiko, hingga komunikasi kebijakan—dipublikasikan agar segera diketahui masyarakat sebagai bagian dari kontribusi Polri dalam menyukseskan program Astacita Presiden Prabowo.
Dalam pengantarnya, Kepala BGN Dadan Hindayana mengatakan bahwa buku ini diterbitkan sebagai bentuk penghormatan kepada masa depan anak-anak Indonesia.
Ia menyampaikan bahwa keistimewaan Rasa Bhayangkara Nusantara tidak hanya terletak pada ratusan menu yang dihimpun, tetapi juga pada bagaimana kuliner Nusantara menjadi jembatan pendidikan gizi.
“Dari liwet yang hangat, woku yang harum, hingga papeda yang lembut, anak-anak diajak memahami keragaman budaya, menumbuhkan toleransi, dan menanamkan kecintaan pada Tanah Air,” tulisnya.
Buku Rasa Bhayangkara Nusantara menegaskan pandangan tersebut: bukan sekadar kumpulan gambar dan menu, tetapi catatan tentang bagaimana Polri mengabdi melalui sesuatu yang sederhana namun bermakna.
Para Bhayangkara yang memulai hari sebelum matahari terbit—menakar bumbu, menjaga kebersihan dapur, hingga mengantarkan harapan kepada jutaan anak—digambarkan dengan jernih sebagai wujud pengabdian tanpa henti.
Badan Gizi Nasional juga memandang buku ini sebagai simbol cara baru membangun bangsa melalui perhatian yang nyata. Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polri terus menjunjung standar tinggi: dapur halal, higienis, aman, dan berbasis prinsip ilmiah, sebagai bentuk penghormatan kepada generasi masa depan.
Sejauh ini, Polri telah membangun 287 SPPG yang telah beroperasi penuh, 139 unit dalam tahap persiapan operasional, 263 unit dalam tahap pembangunan, dan 410 unit memasuki tahap groundbreaking.
Secara keseluruhan, total pembangunan SPPG Polri mencapai 1.099 unit di seluruh Indonesia. Capaian ini memperlihatkan keseriusan Polri dalam memperkuat fondasi pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis agar berjalan masif, aman, dan berkelanjutan.
Wakapolri Komjen Dedi Prasetyo membawa perpaduan pengalaman lapangan dan pemikiran ilmiah dalam pengembangan tata kelola program nasional. Dengan rekam jejak 35 buku dan penghargaan MURI sebagai perwira tinggi Polri dengan karya tulis terbanyak, Prof. Dedi menegaskan komitmen Polri dalam pengabdian berbasis riset.
Sementara itu, Dirgayuza Setiawan sebagai menghadirkan kerangka analisis kebijakan dan ketahanan pangan yang memperkuat standar desain buku. Prof. Sandra Fikawati memperkaya aspek gizi ilmiah, sementara Prof. Fatma Lestari memberikan fondasi kuat pada aspek keamanan pangan dan manajemen risiko.
Buku ini memuat ratusan hidangan Nusantara—dari Soto Lamongan, Nasi Pecel Madiun, Nasi Jagung Khas Kaili, hingga Pallu Basa—lengkap dengan analisis gizi, prinsip higienitas, dan pemanfaatan bahan pangan lokal. Pendekatan ini memperkuat diversifikasi pangan nasional sekaligus memperkenalkan budaya daerah sebagai pendidikan karakter sejak dini.