Berita

Ilustrasi (RMOL/Reni Erina)

Bisnis

Dolar AS Tumbang Dihantam Sinyal Kenaikan Suku Bunga BOJ

SELASA, 02 DESEMBER 2025 | 09:35 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Dolar AS di pasar uang New York berada di bawah tekanan hebat setelah Gubernur Bank of Japan (BOJ), Kazuo Ueda, melontarkan sinyal paling kuat yang mengindikasikan bahwa mereka sedang mempertimbangkan kenaikan suku bunga pada Desember ini. 

Indeks Dolar (DXY) turun tipis 0,05 persen di level 99,414 pada penutupan perdagangan Senin 1 Desember 2025 waktu setempat. 

Pernyataan hawkish mendadak ini langsung menjadi suntikan energi bagi Yen Jepang, yang selama ini tertekan. Tak lama setelah pernyataan Ueda, Yen langsung berbalik menekan Dolar AS. 


Dolar AS pun anjlok hampir 1 persen terhadap Yen, jatuh ke level 154,665 Yen, sebelum sedikit pulih dan mengakhiri hari dengan pelemahan 0,7 persen di 155,09 Yen.

Sinyal dari Ueda bahwa BOJ akan menimbang untung-rugi kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakan Desember adalah petunjuk terjelas sejauh ini bahwa era suku bunga negatif Jepang mungkin akan berakhir.

Analis dari TD Securities, Jayati Bharadwaj, menegaskan bahwa BOJ "tampak semakin percaya diri untuk bergerak," dan mereka kini memperkirakan kenaikan suku bunga benar-benar terjadi pada Desember. 

Peluang kenaikan suku bunga BOJ bulan depan semakin meningkat, terutama setelah Yen sempat terjerembap ke posisi terendah 10 bulan pada Oktober, memicu desakan untuk pengetatan kebijakan.

Kelemahan Dolar diperparah oleh ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga. Pelaku pasar kini memperkirakan peluang 88 persen The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan pekan depan (berdasarkan FedWatch Tool CME Group).

Kebangkitan Yen terasa di seluruh pasar valas. Yen menguat drastis, menyebabkan Euro melemah 0,4 persen dan Poundsterling turun 0,6 persen terhadap mata uang Jepang tersebut.

Goldman Sachs mencatat bahwa fokus pasar sekarang beralih ke kebijakan The Fed setelah Desember. Meskipun peluang pemangkasan lanjutan sebelum musim semi masih kecil, data pasar tenaga kerja yang akan datang sebelum pertemuan Januari akan sangat menentukan arah kebijakan The Fed selanjutnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya