Berita

Ilustrasi (Artificial Intelligence)

Bisnis

Aktivitas Manufaktur China Melemah

SELASA, 02 DESEMBER 2025 | 08:43 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Aktivitas sektor manufakktur China kembali menyusut pada November, menandai penurunan selama delapan bulan berturut-turut, sementara sektor jasa juga melemah. 

Dikutip dari Business Times, Selasa 2 Desember 2025, Indeks aktivitas manufaktur (PMI) naik sedikit menjadi 49,2 dari 49,0 pada Oktober. Namun angkanya masih berada di bawah batas 50, yang menandakan industri masih mengalami penurunan. Para analis sebelumnya juga memprediksi angka 49,2.

Data ini menunjukkan bahwa pabrik-pabrik masih kesulitan bangkit setelah pandemi, ditambah tekanan dari perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) yang membuat bisnis semakin tertekan. Pesanan baru, termasuk pesanan ekspor, memang sedikit membaik, tapi masih belum cukup kuat untuk membawa manufaktur kembali tumbuh.


Meski begitu, pemerintah China diperkirakan baru akan memberikan dukungan besar pada ekonomi tahun depan, karena target pertumbuhan 2025 sekitar 5 persen dianggap masih bisa dicapai.

Selama ini, China biasanya memulihkan ekonomi dengan meningkatkan ekspor atau membangun infrastruktur besar-besaran. Tapi kini langkah itu tidak mudah karena ekonomi global melambat, krisis properti tak kunjung selesai, dan pemerintah daerah terlilit utang, sehingga ruang gerak stimulus semakin terbatas.

Di tengah situasi tersebut, perusahaan manufaktur kecil justru menunjukkan sedikit peningkatan, dengan PMI naik ke 49,1, tertinggi dalam enam bulan. Kenaikan ini mungkin dipengaruhi oleh ekspor yang lebih kuat dan keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menurunkan sebagian tarif terhadap barang-barang China.

Di sisi lain, PMI sektor non-manufaktur (yang mencakup layanan dan konstruksi) turun menjadi 49,5 dari 50,1, dan menjadi kontraksi pertama sejak 2022. Aktivitas jasa juga melemah karena dorongan belanja selama libur Oktober mulai hilang. Beberapa sektor seperti jasa properti dan layanan rumah tangga bahkan menunjukkan aktivitas pasar yang sangat lesu.

Untuk mendorong belanja masyarakat, pemerintah telah merilis rencana peningkatan konsumsi, termasuk mendorong pasar di desa-desa serta sektor hiburan seperti produk hewan peliharaan, anime, dan mainan tren. Para analis menilai, jika pemerintah mengalokasikan lebih banyak subsidi konsumsi pada 2026, sektor jasa bisa bangkit lebih cepat dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Usut Tuntas Bandara Ilegal di Morowali yang Beroperasi Sejak Era Jokowi

Senin, 24 November 2025 | 17:20

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Duka Banjir di Sumatera Bercampur Amarah

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:04

DKI Rumuskan UMP 2026 Berkeadilan

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:00

PIER Proyeksikan Ekonomi RI Lebih Kuat pada 2026

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:33

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

Kemenhut Cek Kayu Gelondongan Banjir Sumatera Pakai AIKO

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:00

Pemulihan UMKM Terdampak Bencana segera Diputuskan

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:35

Kaji Ulang Status 1.038 Pelaku Demo Ricuh Agustus

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:28

Update Korban Banjir Sumatera: 836 Orang Meninggal, 509 Orang Hilang

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:03

KPK Pansos dalam Prahara PBNU

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:17

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Selengkapnya