Berita

Alat produksi kopi di Toko Kopi Margo Redjo. (Foto: Dokumentasi Penulis)

Publika

Lorong Waktu Toko Kopi Margo Redjo

KAMIS, 27 NOVEMBER 2025 | 01:10 WIB

SEJARAH itu menapaki memori kolektif manusia, menembus lorong waktu, mengumpulkan kisah yang tercecer menjadi pesan kehidupan. 

Terlebih jika sejarah itu masih menyimpan barang atau alat produksi yang masih tersimpan dengan baik ia tidak sekedar barang tua yang terdiam membisu, kisahnya melintas zaman.

Kalau anda mengunjungi kota Semarang jangan lupa untuk mampir ke toko kopi Tan Tiong Ie 1915 atau Eerste Bandoengsche Electrische Koffiebranderij Margo-Redjo.


Eerste Bandoengsche Electrische Koffiebranderij Margo Redjo sendiri memiliki arti Margo-Redjo, pabrik sangrai kopi dengan mesin elektrik yang pertama di Bandung.

Hindia Belanda kala itu, memang gencar menanam kopi dan rempah di daerah kolonialisme. Dan negeri Parahyangan menjadi salah satu giat kolonialisme Hindia Belanda menanam perkebunan kopi. 

Di era itu, kopi arabika yang ditanam di Indonesia menjadi ladang bisnis menguntungkan bagi pihak kolonialisme.

Tangan dingin Tan Tiong Ie - melihat peluang bisnis itu - tergerak mendirikan usaha roasting kopi di kota kembang Bandung. Awalnya pabrik kopi ini didirikan di Cimahi, Jawa Barat menjadi penanda cintanya dengan kopi.

Di tahun 1924,  Tan Tiong Ie memindahkan alat produksi kopi (mesin roasting) kantor ke Semarang tepatnya di Jl. Wotgandul Barat No 14 Kranggan, Semarang.

Kemudian menamakan toko kopinya menjadi toko kopi Margo Redjo. Arti Kata “Margo Redjo” berarti jalan kemakmuran - kesejahteraan. 

Kepindahan toko kopi Tan Tiong Ie berubah namanya menjadi toko kopi Margo Redjo ke Semarang tak sia-sia. Kota Semarang menjadikan bisnis kopi Margo Redjo berkembang pesat.

Sebuah artikel terbitan De Locomotief yang terpasang di depan mesin roasting pada 2 Oktober 1947 menyebutkan, pada tahun 1929, Semarang mampu memasok 326 ton atau 69 persen ekspor kopi seluruh Hindia-Belanda. Dari jumlah itu, kira-kira 200 ton atau 60 persen kopi yang dipasok berasal dari Margo Redjo.

Di zaman pendudukan Jepang, kopi Margo Redjo nyaris mengalami kehancuran. Sebab kala itu Jepang ingin memproduksi alat perangnya dengan besi-besi yang ditinggal pihak Belanda untuk membuat senjata perang. 

Untung peralatan giling kopi yang memiliki nama paten Lindeteves Stokvis sempat dipindahkan ke Solo dan disimpan dalam Keraton Solo, terjaga dengan baik. Cukup lama setelah Jepang kalah, mesin tersebut baru diambil kembali ke pabrik kopi.

Kini sebagian dari rumah dan gudang produksi kopi Margo Redjo masih tersimpan dan terawat dengan baik. Sekalipun, alat produksi kopinya sudah tak lagi digunakan tapi kisah kopi Margo Redjo menyimpan pesan yang mendalam tentang kopi di Nusantara. 

Sebagian bangunan tua yang berumur lebih dari 110 tahun itu, kini digunakan sebagai kafe dan museum - alat produksi kopinya menjadi kisah panjang sejarah kopi di bangsa ini.

Sejarah itu harus terus diromantisin, didengungkan agar tak hilang dari ingatan manusia, dan Semarang itu, pernah menjadi produksi terbesar kopi Nusantara.

Haerullah
Pemerhati kopi

(Tulisan ini diambil dari berbagai sumber serta diperkaya oleh storyteller Museum Kopi Margo Redjo)


Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya