Berita

Ilustrasi (RMOL/Reni Erina)

Bisnis

Bursa Eropa: STOXX 600 Turun, Saham Pertahanan Tumbang

SABTU, 22 NOVEMBER 2025 | 07:52 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pasar saham Eropa mengakhiri pekan dengan catatan merah, menandai penurunan mingguan terbesar sejak Juli. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran investor teradap valuasi sektor teknologi yang dinilai terlalu mahal dan merosotnya saham pertahanan akibat munculnya sinyal perdamaian di Ukraina.

Indeks pan-Eropa STOXX 600 melemah 0.3 persen ke 562.1 dan mencatat rekor penurunan mingguan pada penutupan perdagangan Jumat 21 November 2025. Pasar utama lainnya juga tertekan. DAX Jerman anjlok 0.8 persen, dan IBEX Spanyol kehilangan 1 persen. Namun, indeks FTSE 100 Inggris justru naik tipis 0.1 persen,  menunjukkan sedikit ketahanan lokal di tengah badai penurunan Eropa.

Sektor teknologi menjadi pemicu utama kerugian. Indeks teknologi Eropa meluncur turun 2.3 persen, menyentuh level terendah sejak pertengahan September. Penurunan ini didorong oleh kekhawatiran yang sama terhadap valuasi raksasa teknologi di AS.


"Sepanjang hari pasar Eropa berada di bawah air," ujar Axel Rudolph, analis teknikal senior di IG Group, yang menyalahkan tekanan dari saham teknologi, dikutip dari Reuters.

Saham chip besar seperti ASML, ASM International, dan BE Semiconductor terperosok antara 4.6 persen hingga 6.3 persen. Bahkan perusahaan yang terkait dengan AI, seperti Schneider Electric dan Siemens Energy, ikut terseret, masing-masing turun 2.7 persen dan 10.1 persen.

Di sektor lain, saham pertahanan mengalami pukulan telak. Indeks pertahanan Eropa turun 3.4 pesen, setelah munculnya kabar mengenai usulan rencana damai baru yang disusun AS untuk mengakhiri perang di Ukraina, meskipun Presiden Zelenskiy menegaskan tidak akan mengkhianati kepentingan negaranya. Kabar ini membuat saham Renk anjlok 8.4 persen dan Rheinmetall terjun 7.2 persen.

Dalam suasana pasar yang tak menentu, di mana indeks kegelisahan investor melompat ke level tertinggi sejak Mei, investor beralih ke aset yang lebih aman.

"Dari saham teknologi ke saham defensive,  itulah arah investor saat ketidakpastian atas kebijakan The Fed dan inflasi terus membuat pasar gelisah," tambah Rudolph.

Melawan tren, sektor makanan dan minuman melonjak 2.1 persen dan saham kesehatan bertambah 0.8 persen, menggarisbawahi pergeseran tajam menuju saham-saham defensif yang tahan terhadap gejolak ekonomi. Di sisi lain, saham pertambangan dan industri turut merosot, dengan Thyssenkrupp jatuh 9.2 persen.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya