Berita

Ilustrasi (Foto: Artificial Intelligence)

Dunia

Amerika Bentuk Pasukan Khusus Pembasmi Sindikat Kripto Asia Tenggara

JUMAT, 14 NOVEMBER 2025 | 12:29 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pemerintah Amerika Serikat (AS) membentuk satuan tugas baru bernama Scam Center Strike Force untuk memburu jaringan penipuan investasi kripto yang selama beberapa tahun terakhir bermarkas di berbagai negara Asia Tenggara. 

Langkah ini diambil setelah penipuan berkedok investasi itu diperkirakan merugikan warga AS hampir 10 miliar Dolar AS per tahun.

Departemen Kehakiman AS (DoJ) menyebut jaringan kriminal tersebut mengoperasikan ribuan akun palsu dari kompleks-kompleks penipuan di Kamboja, Laos, dan Myanmar. Banyak dari pusat operasi ini dikelola kelompok kriminal atau milisi lokal, dan sebagian pekerjanya merupakan korban perdagangan manusia yang dipaksa menipu orang asing melalui media sosial.


Jaksa AS Jeanine Pirro menegaskan bahwa kerugian korban tidak hanya besar secara angka, tetapi juga menghancurkan hidup banyak orang. “Kami menyaksikan pola yang sama: korban dibujuk, didekati secara personal, lalu diarahkan ke aplikasi investasi palsu hingga seluruh tabungan mereka hilang,” ujarnya, dikutip dari Business Times, Jumat 14 November 2025.

Investigasi perusahaan keamanan siber Chainalysis dan TRM Labs menunjukkan bahwa sebagian kompleks penipuan di Myanmar didukung kelompok bersenjata, dan keuntungan yang dihasilkan bahkan bisa mencapai sebagian besar pendapatan ekonomi di beberapa wilayah. Pemerintah AS juga menjatuhkan sanksi kepada kelompok bersenjata Democratic Karen Benevolent Army (DKBA) dan beberapa perusahaan Thailand yang dianggap menyediakan dukungan logistik bagi operasi penipuan itu.

DoJ menyebut satuan tugas baru ini akan bekerja sama dengan FBI, US Secret Service, serta sejumlah perusahaan teknologi. Fokusnya adalah memutus akses para penipu terhadap platform dan server berbasis AS, sekaligus memburu aliran dana hasil penipuan. Hingga saat ini, pemerintah AS mengaku telah menyita aset kripto senilai lebih dari 401 juta Dolar AS, dan sedang memproses penyitaan tambahan.

Bagi kawasan, termasuk Indonesia, meningkatnya tekanan AS menjadi sinyal bahwa pusat-pusat penipuan di Asia Tenggara kini diawasi ketat oleh komunitas internasional. 

Dengan banyaknya warga Indonesia yang berinvestasi di aset digital, para pakar mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap tawaran investasi kripto yang terlalu bagus untuk dipercaya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya