Berita

Wakil Menteri Sosial, Agus Jabo Priyono. (Foto: Dok. Kemensos)

Politik

Agus Jabo Ungkap Tiga Aktor Serakahnomics

RABU, 12 NOVEMBER 2025 | 17:34 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Serakahnomics merupakan musuh bangsa dan negara. Istilah yang digaungkan Presiden Prabowo Subianto untuk kelompok elite yang memanipulasi kekayaan negara demi kepentingan pribadi ini bahkan disebut sedang menguasai Indonesia.

"Saya pikir serakahnomics yang juga jadi musuh dari Pangeran Diponegoro beserta laskar-laskar dan para pejuangnya. Selama Indonesia belum lepas dari serakahnomics ini untuk bisa jadi bangsa besar, adil, makmur, itu tentunya akan berat sekali," tegas Wakil Menteri Sosial, Agus Jabo Priyono saat hadir dalam peringatan milad Pangeran Diponegoro ke-240 tahun di Ndalem Yudonegaran, Yogyakarta, Selasa, 11 November 2025.

"Saya coba terjemahkan apa yang disampaikan Presiden tentang serakahnomics," katanya.


Agus Jabo menyebutkan aktor serakahnomics pertama adalah imperialisme, yakni kekuatan yang sampai sekarang merampok sumber daya alam Indonesia untuk kemajuan negara lain. Kedua, ia menyebutkan oligarki atau segelintir orang yang menguasai sumber daya alam Indonesia. 

"Yang, ketiga, adalah birokrat korup," tegasnya. 

Menurutnya, saat direfleksikan unsur yang ada di dalam serakahnomics, masalahnya sama dengan saat Pangeran Diponegoro melawan kolonialisme Belanda. Saat ini Indonesia memang sudah merdeka, tapi hakikat kemerdekaan belum terwujud.

"Karena kita masih dikuasai musuh bangsa, musuh rakyat dan musuh negara. Ini jadi hal penting yang kemudian kita harus tempatkan serakahnomics ini jadi persoalan bangsa yang harus kita enyahkan dari bumi pertiwi yang kita cintai," kata Agus Jabo.

Pada Perang Jawa, Pangeran Diponegoro sudah mengingatkan Belanda untuk segera pergi dari bumi pertiwi. Bila tetap di Indonesia maka tak boleh berdagang di luar Batavia, Semarang, dan Surabaya.

"Satu hal terpenting yang harus kita refleksikan, jika anda ingin tetap di sini kaum kolonial, silakan, selama anda mengubah jati diri anda bukan menjadi orang Eropa, tapi menjadi orang Jawa," katanya.

Menurutnya, perang Jawa bukan sekadar perang ekonomi dan politik, tapi juga perang identitas, kultur, dan jati diri. Sebab, dengan hilangnya jati diri bangsa, kekuatan imperialisme akan mudah menguasai bangsa Indonesia.

"Mari kita kembali ke jati diri bangsa kita," pungkasnya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya