Berita

Anggota Komisi X DPR RI Fraksi PDIP Bonnie Triyana/Istimewa

Politik

Legislator PDIP: Pahlawan Sejati Tak Bawa Duka Bagi Rakyatnya

JUMAT, 07 NOVEMBER 2025 | 14:09 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Penting bagi semua pihak melihat secara utuh fakta sejarah dalam menyikapi wacana pemberian gelar pahlawan nasional kepada Presiden ke-2 RI, Soeharto. Hal itu disampaikan Anggota Komisi X DPR RI sekaligus sejarawan, Bonnie Triyana. 

Menurutnya, pahlawan sejati tak membawa duka bagi rakyatnya. Pemberian gelar pahlawan harus memenuhi syarat yang sempurna dan tanpa 'cacat' sejarah.

Mengutip makna asal dari Bahasa Sanskerta, "pahlawan" berarti orang yang menerima hasil baik dari perbuatannya. Bonnie menekankan kriteria ketat pemberian gelar yang telah ada sejak era Presiden Soekarno, dengan Abdul Muis sebagai pahlawan nasional pertama.


"Salah satu blue tier point, dia tidak boleh pernah terbukti di bidang lain. Dan tidak boleh punya cacat yang bisa membuat nilai-nilai perjuangannya jadi terkurangi. Nah, itu syaratnya sempurna," tegas Bonnie, kepada wartawan di Jakarta, Jumat 7 November 2025. 

Anggota Komisi di DPR yang membidangi urusan pendidikan dan kebudayaan itu menyebut, Soeharto memang tokoh bangsa namun ia juga pelaku sejarah.  

Bonnie kembali mengingatkan soal luka sejarah yang terjadi buntut pemerintahan Soeharto, termasuk pada masa reformasi, salah satunya pembungkaman kebebasan: Di era Orde Baru, kritik dianggap subversif, mengganggu penguasa, dan berujung pada penangkapan bahkan penghilangan.

Di era Soeharto memang tidak ada media sosial. Tetapi kalau ada kritik ke pemerintah malah dianggap supersif, mengganggu penguasa dan berujung penangkapan bahkan hilang. “Itu fakta sejarah," tegas Bonnie.

"Krisis tahun 1997-1998 itu menunjukkan bahwa apa yang dibangun selama puluhan tahun itu hanya seperti raksasa berkaki lempung tanah lempung, tidak kuat dia menyangga," tambahnya.

Atas dasar itu, menurut Bonnie, seorang pahlawan sejati tidak seharusnya meninggalkan luka bagi bangsanya sendiri. Tak hanya itu, Bonnie juga menyinggung banyaknya peristiwa perampasan dan penderitaan rakyat yang terjadi di masa itu.

"Dan bukan dia yang menyebabkan puluhan seratusan ribu orang hilang tidak hanya kehilangan nyawa tetapi juga kehilangan hartanya. Kita lihat di Waduk Kedung Omo, kita lihat di Tapos, kita lihat di Cimacan, ada banyak sekali perapasan-perapasan,” papar Bonnie.

Bonnie Triyana lantas mengusulkan agar penilaian terhadap tokoh bangsa ini diserahkan kepada generasi penerus yang lahir setelah masa tersebut. Tujuannya, agar penilaian dapat dilakukan secara lebih objektif dan memiliki jarak historis yang memadai.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Usut Tuntas Bandara Ilegal di Morowali yang Beroperasi Sejak Era Jokowi

Senin, 24 November 2025 | 17:20

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Duka Banjir di Sumatera Bercampur Amarah

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:04

DKI Rumuskan UMP 2026 Berkeadilan

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:00

PIER Proyeksikan Ekonomi RI Lebih Kuat pada 2026

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:33

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

Kemenhut Cek Kayu Gelondongan Banjir Sumatera Pakai AIKO

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:00

Pemulihan UMKM Terdampak Bencana segera Diputuskan

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:35

Kaji Ulang Status 1.038 Pelaku Demo Ricuh Agustus

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:28

Update Korban Banjir Sumatera: 836 Orang Meninggal, 509 Orang Hilang

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:03

KPK Pansos dalam Prahara PBNU

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:17

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Selengkapnya