Ilustrasi pergerakan saham (Foto: RMOL/Alifia)
Pasar modal Indonesia melanjutkan rally luar biasa pada perdagangan hari ini, Selasa, 4 November 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat signifikan dan ditutup di level 8.296,18 pada akhir Sesi I, naik 0,25 persen (21,09 poin).
Pergerakan ini melanjutkan rekor All Time High (ATH) yang dicetak kemarin, dengan total nilai transaksi yang mencapai Rp 8,91 triliun hingga siang ini.
Rally kuat yang terjadi di awal November ini memiliki katalisator utama dari sentimen luar negeri, terutama terkait kebijakan moneter global.
Chief Economist BRI Danareksa Sekuritas, Helmy Kristanto, menilai penguatan ini didorong oleh sinyal penting dari Amerika Serikat.
"Langkah (Bank Sentral AS) ini menjadi sinyal penting bahwa fase pengetatan moneter global mulai berakhir. Likuiditas global berpotensi membaik, memberi ruang bagi negara berkembang seperti Indonesia untuk menjaga stabilitas tanpa tekanan suku bunga tinggi," ujar Helmy Kristanto, dalam keterangannya, dikutip redaksi di Jakarta.
Menurutnya, membaiknya likuiditas dapat mempercepat arus masuk modal asing (inflow) ke pasar emerging market seperti Indonesia, yang menawarkan imbal hasil aset tinggi dan prospek pertumbuhan ekonomi yang menarik. Secara teknikal, pergerakan ini menargetkan IHSG berpeluang menembus area resistance di atas 8.320.
Penguatan IHSG hari ini dipimpin oleh sektor-sektor yang sensitif terhadap pergerakan inflow asing.
Saham dengan kapitalisasi besar, adalah PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), menjadi penggerak utama. BREN mencatatkan kenaikan lebih dari 3,5 persen ke level Rp 9.600, didukung sentimen kuat ekspektasi masuknya ke MSCI Global Index.
Meskipun IHSG sedang dalam euforia penguatan, investor perlu mencermati tiga agenda besar yang berpotensi menciptakan volatilitas di sisa bulan November:
1. Momen Rebalancing MSCI Global Index (Efektif 25 November). Agenda terbesar adalah pengumuman hasil Index Review oleh MSCI. Saham seperti BREN dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang berpotensi masuk ke indeks akan terus mendapat inflow menjelang tanggal efektif. Sebaliknya, saham yang berisiko keluar akan menghadapi tekanan jual dari manajer investasi yang mengikuti indeks MSCI.
2. Koreksi Sehat Menjelang Akhir Tahun
Secara historis, setelah rally panjang, IHSG sering mengalami koreksi tipis di pertengahan November. Analis melihat ini sebagai momen 'koreksi sehat' dan peluang Beli saat Melemah (Buy on Weakness) pada saham berfundamental bagus. Ini adalah waktu tepat untuk mengumpulkan saham sebelum periode Window Dressing (penguatan) di Desember.
3. Musim Pembagian Dividen Interim
November adalah musim panen bagi investor. Banyak emiten yang membagikan dividen interim (dividen sementara), yang menjadi indikasi positif atas kesehatan kinerja keuangan mereka di tengah tahun. Saham defensif seperti di sektor konsumen dan farmasi patut dicermati dalam momen ini.
Beberapa saran menyebutkan pilihan saham potensial saat ini berdasarkan data dan sentiment. antara lain; BREN, ADRO, TINS, MSCI dan BBCA.