Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Nita Noriko bersama petani kampung Cibeureum, Desa Sukanagalih, Cianjur, Jawa Barat. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Produktivitas budidaya hortikultura petani kampung Cibeureum, Desa Sukanagalih, Cianjur, Jawa Barat berhasil ditingkatkan melalui peternakan dan pembuatan pupuk organik.
Hal itu menjadi fokus dalam kegiatan pengabdian masyarakat Magister Pengelolaan Sumber Daya Alam, Universitas Al Azhar Indonesia (UAI).
“Konservasi tanah yang dilakukan adalah menggunakan asam humat dan menurunkan dosis pupuk hingga 50 persen. Konservasi air yang diupayakan adalah membangun sistem irigasi berupa penyediaan air di dalam embung yang terkoneksi dengan kolam,” ujar Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Nita Noriko dalam kterangan yang diterima redaksi di Jakarta, Kamis, 23 Oktober 2025.
Lanjut dia, pembangunan sistem irigasi yang berasal dari 3 embung dan 4 kolam berhasil mengairi 10 ha lahan pertanian sehingga kelangkaan air ketika musim kemarau dapat ditangani.
Menurut Nita, peningkatan produktivitas hortikultura belum diiringi dengan peningkatan ekonomi petani. Hal ini disebabkan harga penjualan yang tidak dapat dikendalikan oleh petani.
“Oleh sebab itu petani perlu melakukan peluang usaha lain di luar pertanian. Usaha alternatif seperti budidaya ikan, peternakan ayam dan bebek serta pembuatan pupuk mandiri untuk mengurangi biaya pembelian pupuk,” jelasnya.
Masih kata Nita, permintaan pasar terhadap ayam kampung (
Gallus domesticus) dan ikan nila (
Oreochromis niloticus) di sekitar desa karena berdekatan dengan rumah makan. Potensi peternakan lain yang dapat dikembangkan adalah bebek manila (Cairina moschata) dan budidaya maggot. Alternatif lain adalah usaha penyediaan pupuk organik yang mengkombinasikan sampah pertanian dengan kotoran kambing, asam humat dan kapur
“Metode pemberdayaan masyarakat yang diterapkan adalah meningkatkan motivasi berwirausaha dan merintis usaha bidang peternakan serta penyediaan pupuk. Jumlah petani yang diberdayakan adalah 10 orang. Langkah pertama adalah pemberian motivasi untuk menjalankan usaha selain pertanian. Langkah kedua, petani memilih minat jenis usaha peternakan ikan, ayam, budidaya maggot atau pembuatan pupuk. Langkah ketiga, mengarahkan petani untuk menjalankan budidaya ikan yang sebelumnya diberikan edukasi terkait persiapan embung, Sebanyak 2 orang petani diarahkan untuk pembuatan pakan ternak yaitu maggot,” jelasnya lagi.
Langkah keempat, sambungnya, mengarahkan dua orang petani untuk menjalankan mini project peternakan ayam kampung dan bebek. Langkah kelima, mengarahkan dua orang petani untuk pembuatan pupuk organik spesial. Langkah keenam mengarahkan petani mempromosikan hasil budidayanya.
“Langkah ketujuh adalah monitoring dan evaluasi terhadap aktifitas yang sudah dilakukan. Waktu kegiatan yang dibutuhkan selama 8 bulan yaitu dari bulan Maret hingga Oktober 2025,” ungkap Nita.
“Hasil pemberdayaan masyarakat berhasil memberdayakan dua orang petani bersama keluarganya menambah jumlah ayam yang pada awalnya 5 ekor menjadi 9 ekor, bebek dari 2 ekor menghasilkan 8 butir telur yang siap dijadikan anak bebek. Budidaya maggot berhasil dilaksanakan dengan memproduksi 2.5 kg maggot pada 2 bulan pertama yang dijadikan makanan ayam dan ikan nila,” beber dia.
“Budidaya ikan berhasil dilakukan pada 3 kolam dan menghasilkan ikan dengan ukuran panjang 20 cm dan lebar 10 cm. Petani juga sudah dapat membuat pupuk organik yang prosesnya dapat dipersingkat dari 3 bulan menjadi 28 hari dan dimanfaatkan untuk pertanian,” pungkasnya.
Anggota tim terdiri dari Yunus Effendi, Liana Mailani, Syafitri Jumianto, Vania Intan Salsabila, Indri Rosemaya Whisnuwardani dan Cut Rizka.