Kementerian Lingkungan Hidup dana Kehutanan (KLHK) bersama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dan Pemkab Jombang, Jawa Timur, memulai pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal di Desa Mayangan, Kecamatan Jogoroto (Foto: PGN).
Pemerintah berupaya meminimalkan pencemaran lingkungan, termasuk menangani persoalan limbah tahu yang kerap meresahkan warga.
Baru-baru ini, Kementerian Lingkungan Hidup dana Kehutanan (KLHK) bersama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dan Pemkab Jombang, Jawa Timur, menjalin sinergi untuk memulai pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal di Desa Mayangan, Kecamatan Jogoroto.
Sinergi ini adalah bagian dari program Tanggung Jawab Sosial (CSR) Kampung Pangan BERSINAR (Berwawasan Lingkungan, Higienis dan Tenar) yang bertujuan menjadikan Jombang sebagai pusat industri tahu ramah lingkungan.
Persoalan limbah pabrik tahu di Kabupaten Jombang telah menjadi isu lingkungan serius selama bertahun-tahun.
Terdapat 88 industri tahu yang belum memiliki sistem pengelolaan limbah, sehingga berdampak negatif pada kualitas air sungai, lahan pertanian dan kesehatan masyarakat sekitar.
Dari 88 pabrik tahu yang beroperasi, setiap harinya membutuhkan pasokan kedelai mencapai 84 ton per hari. Dari proses produksi tersebut, dihasilkan limbah cair dengan volume sekitar 1.260 meter kubik atau setara 1.260.000 liter per hari, dengan kandungan Biological Oxygen Demand (BOD) mencapai 4.200 kilogram per hari.
Melalui pengolahan dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal, kadar BOD berhasil ditekan secara signifikan menjadi hanya 960 kilogram per hari, sehingga kualitas limbah yang dihasilkan lebih ramah lingkungan dan sesuai dengan standar pengelolaan lingkungan berkelanjutan.
Direktur Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Air KLHK, Tulus Laksono mengatakan, sentra tahu Jombang menjadi lokasi yang dipilih untuk dicarikan solusi pengelolaan limbah dan memperbaiki kualitas air Sungai Brantas.
"Hal ini juga untuk mengurangi gesekan horizontal dan pengelolaan konservasi air tanah,” ujar Tulus, melalui keterangan pers, Selasa 16 September 2025.
Sementara menurut Bupati Jombang Warsubi, industri tahu menyerap ribuan tenaga kerja dengan penghasilan di atas UMR, tetapi menimbulkan tantangan besar dalam pengelolaan limbah.
"Kami sangat berterimakasih atas kerja sama pembangunan IPAL Komunal antara KLH dan DLH Jombang dengan dukungan penuh dari Pertamina Grup melalui PGN,” ujar Warsubi.
Direktur SDM dan Penunjang Bisnis PGN, Rachmat Hutama, menegaskan proyek ini bukan hanya soal teknis pengolahan limbah.
“Usaha berbasis tahu adalah produk unggulan masyarakat Jombang. Dengan penguatan sisi lingkungan, sosial, dan ekonomi, diharapkan tahu khas Jombang punya nilai tambah dan kualitas lebih baik,” ujarnya.
Selain pembangunan IPAL, program CSR Kampung Pangan BERSINAR juga mencakup pembangunan kolam fitoremediasi yang memanfaatkan air limbah olahan sebagai irigasi pertanian.
Juga ada kegiatan lain yang berwawasan lingkungan meliputi pengolahan eceng gondok menjadi pupuk, alih energi dari kayu bakar ke gas bumi, dan pengumpulan minyak jelantah.
Program Kampung Pangan BERSINAR juga fokus pada aspek sosial dan ekonomi. Aspek sosial akan berfokus pada pembentukan koperasi, pemberdayaan perempuan, dan peningkatan kesadaran keselamatan serta sanitasi.
Sementara itu, aspek ekonomi meliputi pengembangan UMKM, pelatihan branding, fasilitasi sertifikasi halal, PIRT, dan izin usaha.
"Kami juga ingin membantu perekonomian warga melalui literasi finansial, pelatihan UMKM, dan pusat literasi lingkungan," ujar Rachmat.
Peletakan batu pertama yang dilakukan pada Selasa 16 September 2025 menandai dimulainya program Kampung Pangan BERSINAR dan IPAL Komunal.
Secara keseluruhan, program Kampung Pangan BERSINAR bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih hijau, masyarakat semakin berdaya dan ekonomi lokal yang lebih tangguh. Tidak hanya menyelesaikan persoalan limbah secara teknis, tetapi memberikan manfaat yang menyeluruh bagi masyarakat.