Berita

Ilustrasi (Foto: Artificial Intelegence)

Kesehatan

WHO dan Sejumlah Lembaga Internasional Ungkap Bahaya Asbes

SELASA, 16 SEPTEMBER 2025 | 14:51 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Penggunaan asbes sebagai atap rumah memang masih cukup umum di Indonesia. Banyak masyarakat memilih asbes karena harganya relatif murah dan pemasangannya pun mudah. 

Statistik Kesejahteraan Rakyat Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023 mencatat setidaknya 12,85 persen atap terluas rumah tangga di Indonesia menggunakan bahan asbes. 

Namun, Badan Riset Dunia untuk Kanker (IARC) di bawah Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa semua jenis asbes bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker. 


Dalam situsnya, WHO menyatakan, semua bentuk asbes, termasuk krisotil, bersifat karsinogenik bagi manusia.
“Paparan asbes, termasuk krisotil, menyebabkan kanker paru-paru, laring, dan ovarium, serta mesotelioma,” bunyi pernyataan tersebut.

WHO juga menyatakan, asbes merupakan penyebab lebih dari 70 persen kematian akibat kanker yang berhubungan dengan tempat kerja.

Pada Maret lalu, Mahkamah Agung Indonesia (MA) menyatakan agar produk asbes diberi label tanda berbahaya.

Keputusan MA tersebut muncul berdasarkan gugatan 'judicial review' atau uji materil dari Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) Yasa Nata Budi kepada MA.

Namun, kelompok industri asbes Fibre Cement Manufacturers Association (FICMA) menolak keputusan tersebut.

FICMA kemudian menggugat kelompok-kelompok perlindungan konsumen termasuk LPKSM Yasa Nata Budi, serta beberapa pihak lain, atas tuduhan kerugian pendapatan. 

Gugatan ini pun menjadi sorotan internasional karena dinilai banyak pihak sebagai bentuk intimidasi terhadap upaya melindungi masyarakat dari paparan asbes.

Sejumlah lembaga internasional kembali menegaskan bahaya dari asbes. Lembaga riset independen ternama yang berkedudukan di Italia, Collegium Ramazzini., misalnya. 

Lembaga ini telah lama melakukan riset terkait dampak penggunaan asbes, dan mengatakan semua bentuk asbes terbukti mengandung karsinogen yang dapat menyebabkan kanker bagi manusia. 

"Kami mendesak agar semua produk yang mengandung asbes, yang dijual di Indonesia, diwajibkan mencantumkan label peringatan kesehatan serta menginformasikan kepada industri, pekerja, dan masyarakat, bahwa semua jenis asbes, termasuk asbes krisotil, merupakan penyebab kanker pada manusia” ungkap Melissa McDiarmid, Presiden Collegium Ramazzini, dalam situsnya. 

Hal yang sama disampaikan juga oleh Prof. Mathew J Pieters, McQuarie University Australia, bahwa semua bentuk paparan asbes, termasuk paparan tunggal terhadap krisotil, dapat menyebabkan seluruh spektrum penyakit terkait asbes. 

Union Aid Abroad APHEDA, sebuah organisasi bantuan internasional yang didirikan oleh serikat buruh Australia, mendesak pemerintah Indonesia, sebagai salah satu penandatangan Indo-Pacific Economic Framework (IPEF), untuk segera menghapus asbes demi kesehatan pekerja, karena pilar keberlanjutan dalam perjanjian tersebut secara eksplisit menyatakan komitmen untuk transisi ke alternatif yang lebih aman dan menurunkan penyakit akibat asbes.

Seorang pejabat eksekutif APHEDA, Kate Lee,  mengatakan terdapat bukti yang jelas dan tak terbantahkan mengenai risiko kanker dan penyakit lain yang terkait dengan paparan asbes krisotil dan semua jenis asbes. 

LPKSM Yasa Nata Budi melalui Ketua Bidang Advokasi, Leo Yoga Pranata, mengatakan dukungan internasional menjadi bukti bahwa produk mengandung asbes memang telah menjadi perhatian dunia. 

Australia kini menjadi pelopor kampanye global untuk menyadarkan publik tentang bahaya asbes. 

Union Aid Abroad telah berkampanye selama bertahun-tahun untuk membujuk negara-negara termasuk Indonesia, Vietnam, dan Laos, agar turut serta dalam larangan global ini.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Usut Tuntas Bandara Ilegal di Morowali yang Beroperasi Sejak Era Jokowi

Senin, 24 November 2025 | 17:20

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Duka Banjir di Sumatera Bercampur Amarah

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:04

DKI Rumuskan UMP 2026 Berkeadilan

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:00

PIER Proyeksikan Ekonomi RI Lebih Kuat pada 2026

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:33

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

Kemenhut Cek Kayu Gelondongan Banjir Sumatera Pakai AIKO

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:00

Pemulihan UMKM Terdampak Bencana segera Diputuskan

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:35

Kaji Ulang Status 1.038 Pelaku Demo Ricuh Agustus

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:28

Update Korban Banjir Sumatera: 836 Orang Meninggal, 509 Orang Hilang

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:03

KPK Pansos dalam Prahara PBNU

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:17

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Selengkapnya