Rudy J. Pesik, Pengusaha dan tokoh budaya. (Foto: Dokumen pribadi)
Rudy J. Pesik, Pengusaha dan tokoh budaya. (Foto: Dokumen pribadi)
DI TENGAH derasnya arus globalisasi, ketika budaya sering kali terpinggirkan oleh komersialisasi dan gaya hidup instan, ada sosok yang berdiri tegak dengan misinya: menjaga, melestarikan, sekaligus mempromosikan budaya Indonesia ke panggung dunia.
Sosok itu adalah Rudy J. Pesik, seorang pengusaha visioner, tokoh budaya, sekaligus pemimpin yang menorehkan jejak panjang dalam bisnis, diplomasi, dan pelestarian warisan bangsa.
Lahir di Singapura pada 2 April 1941 dari keluarga asal Manado, Rudy tumbuh dengan latar pendidikan teknik yang kuat. Ia lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknik Mesin dan Industri, melanjutkan pendidikan di Belanda dan Inggris, hingga meraih berbagai penghargaan internasional. Namun, di balik segala kesuksesan akademik dan bisnis, yang membuat Rudy berbeda adalah kepeduliannya terhadap budaya sebuah nilai yang ia pegang teguh sepanjang hidupnya.
Dari Teknologi ke Budaya
Karier awal Rudy identik dengan teknologi. Ia pernah menjabat Direktur Jenderal Industri Maritim di era Presiden Soekarno, bekerja di IBM Belanda, hingga dipercaya sebagai insinyur sistem di berbagai negara Eropa. Ketika kembali ke Indonesia, Rudy menjadi motor penggerak sistem IT di Pertamina, BUMN, hingga Garuda Indonesia. Namanya tercatat sebagai salah satu pionir perkembangan teknologi informasi di Tanah Air.
Namun, justru pengalaman hidup di luar negeri yang menguatkan kesadaran Rudy tentang pentingnya budaya. Ia pernah ditegur seorang mentor di Belanda yang menyebut orang Indonesia “tidak menghargai barang antik”. Kalimat itu membekas. Sejak saat itu, Rudy mantap mengoleksi benda-benda budaya, dari keris hingga arca, sekaligus mempromosikan warisan leluhur agar tak hilang ditelan modernisasi.
Rumah Pesik: Simbol Cinta Budaya
Bukti nyata dari kecintaan Rudy pada budaya adalah Rumah Pesik di Kotagede, Yogyakarta. Bangunan megah bergaya perpaduan Jawa, Eropa, Yunani, dan Thailand itu awalnya hanya rumah tinggal keluarga. Namun, seiring waktu, rumah ini berkembang menjadi kafe, hotel, sekaligus mini museum.
Di dalamnya tersimpan koleksi pribadi Rudy, mulai dari keris, ukiran kayu, hingga patung bersejarah. Ia ingin menjadikan rumah itu sebagai ruang edukasi budaya, tempat masyarakat bisa belajar bahwa warisan bangsa tidak sekadar benda mati, melainkan cermin jati diri. “Kalau bangsa tidak menghargai keris, ukiran, atau kayu besar yang langka, maka suatu hari kita hanya akan jadi penonton ketika budaya kita diklaim bangsa lain,” begitu pesan yang kerap ia sampaikan melalui koleksinya.
Budaya dalam Bisnis
Rudy membuktikan bahwa budaya tidak hanya bisa dijaga lewat museum, tetapi juga diintegrasikan dalam bisnis modern. Melalui KOPI KAMU, jaringan kedai kopi yang kini mendunia dengan ribuan cabang di 31 negara, ia mengangkat kopi sebagai identitas budaya Indonesia. Ia mendirikan Yayasan Akademi Kopi Indonesia (YAKIN) dan Asosiasi Kopi Indonesia (AKI), yang tidak hanya fokus pada bisnis, tetapi juga pemberdayaan petani dan promosi kopi sebagai warisan bangsa.
Tak berhenti di kopi, Rudy juga aktif memajukan kerajinan tangan lewat INACRAFT, memperkuat peran BPPI (Badan Pelestarian Pusaka Indonesia), serta mendorong proyek restorasi Kota Tua Batavia. Baginya, budaya adalah energi yang bisa menghidupi bangsa, jika dikelola dengan visi jangka panjang.
Inspirasi bagi Generasi Muda
Dalam banyak kesempatan, Rudy menegaskan bahwa generasi muda adalah kunci pelestarian budaya. Ia mendirikan puluhan peternakan sapi di desa-desa agar pemuda tidak perlu hijrah ke kota, sekaligus memberi ruang agar mereka bisa membangun ekonomi berbasis budaya lokal. Melalui CEO Circle dan majalah CEO, ia mendorong para pengusaha muda untuk melihat bisnis bukan sekadar soal keuntungan, tetapi juga kontribusi bagi bangsa.
Inspirasi terbesarnya terletak pada prinsip bahwa modernisasi tidak boleh melupakan akar budaya. Rudy membuktikan, seseorang bisa menjadi pemain global, berteman dengan presiden, raja, hingga paus, tetapi tetap berpijak pada identitas bangsa.
Rudy J. Pesik adalah bukti bahwa pelestarian budaya bukan tugas pemerintah semata, melainkan tanggung jawab setiap individu. Ia memadukan bisnis, diplomasi, dan budaya menjadi satu ekosistem yang saling menguatkan. Dari Rumah Pesik di Kotagede hingga KOPI KAMU di mancanegara, dari keris di ruang tamunya hingga pidato di forum internasional, Rudy mengirim pesan yang sama:
‘Budaya adalah nafas bangsa. Menjaganya berarti menjaga masa depan’
Dalam diri Rudy, kita menemukan teladan: pengusaha yang tidak lupa asal-usul, tokoh global yang tetap menunduk pada akar tradisi. Di tengah derasnya arus globalisasi, semangat Rudy adalah pengingat bahwa budaya bukan masa lalu, melainkan kekuatan untuk menatap masa depan.
Penulis adalah Jurnalis Republik Merdeka Online dan Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Paramadina
Populer
Senin, 01 Desember 2025 | 02:29
Minggu, 30 November 2025 | 02:12
Jumat, 28 November 2025 | 00:32
Kamis, 27 November 2025 | 05:59
Jumat, 28 November 2025 | 02:08
Jumat, 28 November 2025 | 04:14
Kamis, 27 November 2025 | 03:45
UPDATE
Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44
Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41
Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38
Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27
Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18
Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13
Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08
Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57
Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48
Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39