NATO (Foto: Washington Post)
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) meningkatkan kewaspadaan menyusul dimulainya latihan militer gabungan berskala besar oleh Rusia dan sekutunya, Belarus, pada Jumat, 12 September 2025.
Latihan bertajuk “Zapad 2025” itu berlangsung di dekat kota Borisov, Belarus, di tengah meningkatnya ketegangan dengan negara-negara anggota NATO di Eropa Timur.
Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi dimulainya latihan tersebut.
“Latihan manuver strategis gabungan dari angkatan bersenjata Rusia dan Belarus telah dimulai,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataan resminya, seperti dimuat TRT World.
Latihan Zapad, yang biasanya digelar empat tahun sekali, kali ini menjadi yang pertama sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Meski skalanya lebih kecil dibanding edisi 2021 yang melibatkan 200 ribu personel, latihan ini tetap dinilai mengkhawatirkan.
Belarus sebelumnya menyebutkan 13 ribu pasukan akan terlibat, namun jumlah itu kemudian dipangkas hampir setengahnya.
Negara-negara NATO di garis timur, Polandia, Lithuania, dan Latvia, telah memperketat pengamanan sejak awal pekan.
Polandia bahkan menutup seluruh pos perbatasannya dengan Belarus selama latihan berlangsung, serta membatasi lalu lintas udara di perbatasan timurnya.
Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menyebut situasi ini sebagai masa paling genting sejak Perang Dunia II.
"Kami menghadapi hari-hari yang kritis. Polandia saat ini berada pada titik paling dekat menuju konflik terbuka sejak Perang Dunia II,” ujar Tusk, menanggapi pelintasan drone Rusia di wilayah udara Polandia yang sempat memicu pengerahan jet tempur NATO pada Rabu lalu, 10 September 2025.
Menurut Tusk, latihan Zapad kali ini mensimulasikan pendudukan Koridor Suwalki celah strategis yang membentang di perbatasan Polandia-Lituania, diapit Belarus dan eksklave Rusia, Kaliningrad.
Koridor ini dianggap sebagai titik lemah NATO dan dapat menjadi target pertama serangan Rusia.
Latihan ini juga disebut akan melibatkan rudal eksperimental baru Rusia berkepasitas nuklir, Oreshnik, serta skenario latihan serangan nuklir. Rusia diketahui telah menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus sejak tahun lalu.
Lithuania dan Latvia turut mengumumkan penutupan sebagian wilayah udara mereka sebagai langkah antisipatif.
Moskow menepis anggapan bahwa latihan ini merupakan ancaman bagi negara lain.
“Ini adalah latihan yang telah direncanakan dan tidak ditujukan terhadap siapa pun,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, menolak klaim Polandia bahwa latihan itu merupakan tindakan agresif.
Presiden Belarus Alexander Lukashenko juga menyebut kekhawatiran NATO sebagai omong kosong.
Namun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan bahwa latihan ini berpotensi mengancam kawasan.
“Makna dari tindakan Rusia seperti ini jelas bukan bersifat defensif, dan diarahkan bukan hanya terhadap Ukraina,” tegas Zelensky dalam pernyataan di Kiev, Kamis, 11 September 2025.