Tentara Israel (Foto: Reuters)
Israel meningkatkan serangan udara ke Gaza City dan meminta warga setempat untuk mengungsi ke wilayah yang disebut sebagai zona kemanusiaan di selatan Jalur Gaza.
Langkah ini dilakukan seiring rencana militer Israel untuk memperluas operasi dan mengambil alih pusat kota terbesar di Gaza.
Militer Israel (IDF) mengonfirmasi pihaknya menyerang sebuah gedung tinggi di Gaza City.
Menurut pernyataan resmi, bangunan tersebut digunakan untuk peralatan pengumpulan intelijen dan pos pengamatan yang memantau pergerakan pasukan Israel.
“Sebelum serangan dilakukan, langkah-langkah pencegahan diambil untuk meminimalkan risiko terhadap warga sipil,” kata IDF, seperti dimuat
Politico, Minggu, 7 September 2025.
Namun, sejumlah warga Gaza mengatakan bahwa menara tersebut sebenarnya merupakan gedung hunian yang menampung pengungsi. Serangan ini terjadi hanya sehari setelah sebuah gedung tinggi lain juga dibom pada Jumat.
Zona Al-Mawasi di pesisir selatan Gaza sebelumnya telah ditetapkan sebagai wilayah kemanusiaan, tetapi menurut laporan, area itu pun berulang kali menjadi sasaran serangan.
Menurut laporan Kamis lalu, 4 September 2025, IDF mengklaim telah menguasai 40 persen wilayah Gaza City dan berencana memperluas serta memperkuat operasi dalam beberapa hari mendatang.
Sementara itu, Hamas merilis rekaman video dua sandera pada Jumat, 5 September 2025, untuk menekan Israel agar menghentikan ofensifnya.
Pemerintah Israel menyebut total ada 48 sandera yang masih ditahan Hamas, dengan 20 di antaranya diyakini masih hidup.
Serangan ini menambah panjang daftar korban di Gaza. Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang di Israel dan menyandera 251 lainnya, ribuan warga Palestina terus menjadi korban.
Data Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mencatat hingga akhir Agustus 2025, jumlah korban tewas di Gaza mencapai lebih dari 63.500 jiwa, termasuk hampir 10.000 perempuan dan lebih dari 18.000 anak-anak.