Berita

Anggota Komisi VII DPR RI, Novita Hardini (Foto: Dokumen pribadi Novita)

Politik

Legislator PDIP Desak Perbaikan Anggaran Ekraf dan UMKM

JUMAT, 05 SEPTEMBER 2025 | 09:54 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Lemahnya dukungan anggaran untuk sektor ekonomi kreatif (ekraf) dan UMKM yang dinilai masih jauh dari kebutuhan nyata di lapangan, menjadi sorotan  Anggota Komisi VII DPR RI, Novita Hardini.

Menurut Novita, alokasi anggaran yang ada seringkali belum menjawab problem masyarakat secara langsung. 

Ia menekankan agar dalam RKAKL 2026, pemerintah tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga memberi perhatian pada ekosistem digital dan keberlanjutan operasional UMKM.


“Banyak program yang terlihat besar di atas kertas, namun di lapangan tidak menjawab persoalan riil masyarakat. Jangan sampai hanya menambah bangunan, tetapi tidak ada nyawa dalam pengelolaannya,” ujar Novita dalam keterangannya, Jumat 5 September 2025.

Politisi asal Trenggalek itu juga menyoroti lemahnya pengelolaan royalti di sektor ekraf, terutama bagi pelaku musik, film, dan industri game. Menurutnya, publisher digital harus masuk dalam rancangan anggaran agar royalti terukur dan pelaku ekraf terlindungi.

“Kreator kita masih kesulitan mendapatkan hak ekonomi yang layak. Ini PR besar, karena digitalisasi tanpa regulasi yang jelas hanya akan membuat mereka terus dirugikan,” tegasnya.

Selain itu, legislator perempuan dari Dapil 7 Jawa Timur itu menekankan pentingnya dukungan nyata untuk perfilman Indonesia, terutama yang mengangkat budaya lokal dan destinasi wisata. Menurutnya, film bukan sekadar hiburan, tapi juga pintu masuk pariwisata dan diplomasi budaya.

Dalam isu UMKM, Novita Hardini mengkritik keberadaan Pusat layanan Usaha Terpadu-Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah (PLUT- KUMKM) yang di banyak daerah hanya menjadi bangunan kosong tanpa pengawasan dan operasional yang optimal. 

Ia menegaskan perlunya kerjasama lebih erat dengan pemerintah daerah, termasuk soal keberlanjutan kebutuhan dasar seperti listrik dan pendampingan digital.

Tak hanya itu, Legislator PDIP itu juga menyoroti praktik e-commerce yang merugikan pelaku UMKM.

“Di lapangan, potongan e-commerce terhadap UMKM bisa mencapai 15%. Padahal aturan FAQ hanya menetapkan 8 persen. Ini jelas merugikan dan harus segera dievaluasi,” tegasnya.

Lebih lanjut, Novita Hardini menegaskan, pemerintah tidak bisa hanya berorientasi pada target serapan anggaran, tetapi harus memastikan efektivitas dan keberlanjutan program.

“Anggaran itu harus hadir untuk rakyat, bukan sekadar laporan. RKAKL 2026 harus menjawab tantangan riil, dari royalti kreator digital, perfilman 
budaya, hingga UMKM yang benar-benar hidup dan berdaya saing,” pungkasnya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya