Berita

Ilustrasi. (Foto: shutterstock.com)

Publika

Geopolitik Simbiosis Energi

JUMAT, 05 SEPTEMBER 2025 | 07:11 WIB | OLEH: YUSRA ABDI*

STEVE Bannon, tokoh yang sering disebut sebagai ideolog dari populisme sayap kanan Amerika (MAGA), beberapa waktu lalu dalam wawancaranya dengan Financial Times mengatakan bahwa ia meminta agar Donald Trump tidak melakukan serangan ke Iran. Baginya serangan ke Iran hanya akan melanjutkan “perang abadi” sementara Trump telah berjanji akan mengakhiri pertikaian Iran-Israel. Bannon menjelaskan bahwa ancaman nyata bagi Trump -dan bagi Amerika- datang dari Cina, dan menurutnya teater utama dunia saat ini adalah kawasan Pasifik.

Sementara itu pada saat perang Iran-Israel sedang berlangsung, pada 27 Juni di Washington, Amerika melakukan peristiwa penting bagi Rwanda dan Demokratik Kongo untuk mengakhiri perang puluhan tahun mereka. Presiden Donald Trump menyatakan bahwa kesepakatan tersebut memberi Amerika Serikat “banyak hak atas mineral” dari Kongo (DRC).

Amerika telah mendorong upaya untuk mendapatkan akses ke sumberdaya mineral yang penting bagi teknologi dunia dan berupaya menyaingi Cina dalam penguasaan rantai pasok mineral di Afrika. Inisiatif politik luar negeri Amerika kali ini disertai dukungan dari konsorsium perusahaan dagang Swiss Mercuria, menunjukkan preferensi terbaru AS dalam menjalin keterlibatan dengan Afrika melalui kesepakatan investasi bernilai tinggi daripada diplomasi tradisional yang selama ini sering dilakukan.


Mercuria bersama Gentry Beach mantan Bankir dari Morgan Stanley yang sebelumnya membantu mendanai kampanye Trump pada 2016, melakukan pembicaraan untuk berkolaborasi dengan perusahaan milik negara Sakima untuk mengakuisisi fasilitas coltan Rubaya yang terletak di Kongo Timur dengan nilai investasi sekitar 400 juta dollar (AS).

Rubaya adalah salah satu deposit coltan paling menguntungkan di dunia. Coltan, singkatan dari columbite-tantalite menghasilkan tantalum dan niobium, elemen penting dalam pembuatan ponsel pintar, mesin pesawat, dan komponen rudal. Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (US Geological Survey) pada tahun 2023, DRC memasok sekitar 40% coltan global, dan tambang inilah yang menjadi titik fokus dalam konflik selama puluhan tahun di DRC.

Perdamaian dan mineral sepertinya menjadi visi dan misi pemerintahan Donald Trump kali ini. Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam kunjungannya ke Kiev, Ukraina menyatakan bahwa kesepakatan mineral antara Ukraina dan Amerika Serikat akan memberikan "tameng keamanan" (security shield) bagi Ukraina pasca-perang.

Pernyataan itu seteleh Zelensky secara terbuka memberikan akses investasi AS ke sumber daya mineral Ukraina, sebagai upaya memperoleh dukungan Amerika dalam perang melawan Rusia. Trump menginginkan kompensasi atas dukungan AS, dengan meminta akses ke logam tanah jarang (rare earth minerals) dan ia menegaskan bahwa bantuan Washington "harus diamankan", sebuah bentuk pendekatan transaksional dalam kebijakan luar negerinya.

Unsur tanah jarang, kunci turbin PLTB, kendaraan listrik, dan teknologi militer kini menjadi rebutan antara AS-Cina. Dominasi Cina dalam pengolahan unsur tanah jarang mencerminkan kegagalan strategis Barat, yang mengorbankan produksi domestik demi alasan biaya dan lingkungan, sehingga terjebak dalam ketergantungan berbahaya pada saingan geopolitiknya dan ini membuat Donald Trump segera mengeluarkan Executive Order untuk mempercepat proses pengusahaan industri mineral dan juga mineral kritis.

John Meyer, seorang analis di firma penasihat korporat SP Angel, mengatakan bahwa Cina telah membuat berbagai kesepakatan untuk secara aktif mencegah Barat masuk ke sejumlah material kritis yang mereka kuasai. Setiap kali ada pihak yang hampir berhasil menambang, Cina langsung datang membawa buku cek. Kelompok pertambangan Tiongkok yang paling aktif dalam kesepakatan luar negeri mencakup CMOC, MMG, dan Zijin Mining.

Lembaga keuangan Cina juga telah mengucurkan miliaran dollar dalam bentuk pinjaman untuk proyek pertambangan dan pemrosesan mineral di negara-negara berkembang dan juga Cina sering kali menerima kesepakatan yang kurang menguntungkan secara finansial asalkan mereka dapat mengambil alih pengelolaan tambang. Beberapa pemerintahan militer di Afrika berusaha mengambil alih aset pertambangan milik Barat dan menaikkan royalti, sementara perusahaan-perusahaan Cina menurut sering bersedia menerima kesepakatan finansial yang kurang menguntungkan asal bisa mengelola aset tersebut.

Kebutuhan untuk melakukan dekarbonisasi yang kemudian diimplementasikan dengan penggunaan energi terbarukan membuat industri manufaktur Cina dalam dua puluh tahun ini melesat jauh didepan. Teknologi energi bersih, khususnya "tiga baru" yaitu tenaga surya, baterai, dan kendaraan listrik, muncul sebagai sumber pertumbuhan penting dalam ekspor Cina pada tahun 2023. Berkat pasar yang berkembang pesat di dalam dan luar negeri, energi bersih telah menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Cina.

Menurut World Energy Outlook dari Badan Energi Internasional (IEA), tren ini diperkirakan akan terus berlanjut. Negara-negara berkembang dan emerging market diperkirakan akan memiliki pangsa pasar sebesar 70% untuk tenaga surya (solar PV) dan 60% untuk tenaga angin serta penyimpanan energi berbasis baterai sepanjang dekade ini hingga 2030. Investasi energi bersih Cina pada 2024 mencapai $625 miliar, dua kali lipat dari investasi tahun 2015 dan memungkinkan Beijing mencapai kapasitas terpasang energi angin dan surya enam tahun lebih cepat dari jadwal.

Teknologi energi bersih menyumbang lebih dari 10% perekonomian Cina untuk pertama kalinya pada tahun 2024, dengan nilai penjualan dan investasi mencapai 13,6 triliun yuan (US$1,9 triliun). Nilai produksi dan investasi di sektor energi bersih diperkirakan tumbuh 13% secara keseluruhan pada 2024 dan telah meningkat 50% sejak 2022.

Hal yang mencolok dari kebangkitan industri maufaktur dan teknologi bersih ini adalah mobil listrik BYD. Sebagai pemain biasa-biasa saja di industri otomotif beberapa tahun lalu, produsen kendaraan listrik BYD telah melampaui Tesla tahun lalu dan menjadi merek kendaraan listrik terlaris di dunia dan diperkirakan akan menyamai produsen mobil terbesar dunia, Toyota dan Volkswagen, pada tahun 2030. Meski sebagian besar orang Amerika bahkan belum pernah melihat BYD dan mungkin tidak akan pernah melihatnya dalam waktu dekat, suka atau tidak, Cina adalah pusat baru industri otomotif global. Skala, kecepatan, perangkat lunak rantai pasokan, dan subsidinya telah membanjiri produsen mobil Barat.

Hal penting munculnya industri otomotif (mobil listrik) Cina adalah mereka dapat membuat mobil dengan biaya murah berkat apa yang dikenal sebagai integrasi vertikal (vertically integrated). Sementara sebagian besar produsen mobil besar mendapatkan banyak suku cadang penting dari pemasok luar, BYD membuat hampir semua komponen utamanya sendiri, termasuk baterai, semikonduktor, motor, dan layar tablet, yang menghemat biaya dan meningkatkan kontrol kualitas. Perusahaan ini mengembangkan perangkat lunak pengoperasian mobilnya, memiliki saham di tambang dan perusahaan pertambangan yang memproduksi mineral untuk baterainya, dan mengangkut kendaraannya ke seluruh dunia dengan armada kapal pengangkut mobil yang dirancang khusus.

Senyampang keberhasilan Cina untuk mendorong ekonominya dengan apa yang disebut energi bersih, Amerika lebih memilih industri hidrokarbon (hydrocarbon industry) untuk mendorong ekonominya. Perang dagang yang dilakukan Amerika memberikan keuntungan bagi industri hidrokabron termasuk LNG. Amerika adalah eksportir terbesar LNG dunia dengan kapasitas terpasang 85 juta ton per tahun (MTPA) dan masih terus melakukan ekspansi dengan kapasitas lebih dari 70 MTPA.

Indonesia misalnya berjanji akan membeli produk-produk energi khususnya LNG dari Amerika senilai 15 miliar dollar AS. Amerika menekan banyak negara seperti Vietnam, Korea, Jepang, India untuk membeli produk-produk energi dari Amerika guna mencapai kesepakatan dagang. Kesepakatan untuk membeli produk-produk energi juga datang dari sekutu Amerika yaki Uni Eropa (UE) dimana UE akan membeli produk energi (gas alam, minyak, BBM serta reaktor nuklir) senilai 750 miliar dollar AS dalam tiga tahun kedepan.

Pertumbuhan mobil listrik, panel surya, mineral jarang, LNG dan industri hidrokarbon merupakan bentuk simbiosis energi. Simbiosis energi (les symbioses energetiques/energy symbioses) adalah konsep yang dikembangkan oleh Jean-Baptiste Fressoz sejarawan lingkungan, sains dan teknologi dari Pusat Penelitian Sejarah Perancis (EHESS-CNRS).

Menurutnya untuk memahami sejarah energi sebagai akumulasi simbiosis dan dinamis, bukan sebagai proses penggantian satu sumber energi dengan yang lain. Meningkatnya penggunaan energi terbarukan tidak secara otomatis mengurangi konsumsi bahan bakar fosil karena energi terbarukan juga bergantung pada bahan baku seperti silikon dan baja yang proses produksinya terkait dengan emisi karbon (batubara). Selain itu, energi terbarukan hanya membantu memperlambat pemanasan global, namun tidak dapat menghentikannya secara total karena dunia masih bergantung pada material-emisi seperti plastik, dan semen.

Sejarah energi tidak menunjukkan pola penggantian linier dari satu sumber ke sumber lain, melainkan pola akumulasi di mana sumber energi baru cenderung menambah, bukan menggantikan sumber energi lama. Konsep "stagisme" yang diasosiasikan dengan transisi energi -yakni tahapan linier dan terpisah di mana satu sumber mengganti yang lain- dikritik Fressoz sebagai pemikiran yang menyederhanakan realitas. Ia menekankan bahwa seluruh sumber energi utama -kayu, batu bara, minyak, gas, dan energi terbarukan- justru digunakan secara simultan dan simbiosis, dengan konsumsi yang terus meningkat. Contohnya, penggunaan minyak justru mendorong penebangan kayu industri, dan batu bara tetap dipakai berdampingan dengan energi terbarukan, sehingga transisi energi lebih merupakan proses koeksistensi dan pertumbuhan daripada penggantian total.

Panel surya dan turbin angin tidak menggantikan pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Mereka hanya menggantikan sejumlah bahan bakar tertentu setiap tahunnya.

Mobil listrik yang lalu lalang di Indonesia diangkut dari Cina dengan kapal berbahan solar mengarungi samudera dan kemudian baterenya dilakukan pengisian dengan elektron yang dihasilkan oleh pembangkit batubara. Karena batere hanyalah penyimpan energi (energy carrier) maka mobil listrik digerakkan oleh motor elektrik (electric motor) yang menggunakan medan magnet permanen (rare earth) untuk mencapai torsi instan. Inilah simbiosis energi.

*Penulis adalah Energy Investment & PPP Specialist ENRI Indonesia.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Usut Tuntas Bandara Ilegal di Morowali yang Beroperasi Sejak Era Jokowi

Senin, 24 November 2025 | 17:20

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Duka Banjir di Sumatera Bercampur Amarah

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:04

DKI Rumuskan UMP 2026 Berkeadilan

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:00

PIER Proyeksikan Ekonomi RI Lebih Kuat pada 2026

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:33

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

Kemenhut Cek Kayu Gelondongan Banjir Sumatera Pakai AIKO

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:00

Pemulihan UMKM Terdampak Bencana segera Diputuskan

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:35

Kaji Ulang Status 1.038 Pelaku Demo Ricuh Agustus

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:28

Update Korban Banjir Sumatera: 836 Orang Meninggal, 509 Orang Hilang

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:03

KPK Pansos dalam Prahara PBNU

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:17

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Selengkapnya