Berita

Ilustrasi (Foto: Bangkook Post)

Bisnis

Produksi Manufaktur Thailand Anjlok Terseret Lesunya Permintaan dan Tarif AS

SENIN, 01 SEPTEMBER 2025 | 12:27 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Indeks produksi manufaktur Thailand pada Juli 2025 turun untuk pertama kalinya dalam empat bulan terakhir, menyentuh level terendah dalam hampir dua tahun.

Kementerian Perindustrian Thailand melaporkan, indeks tersebut merosot 3,98 persen dibandingkan Juli tahun lalu. Angka ini lebih buruk dari perkiraan penurunan 1,1 persen dalam jajak pendapat Reuters, dan berbanding terbalik dengan revisi kenaikan tahunan sebesar 0,4 persen pada Juni.

Penurunan produksi dipicu oleh pengetatan pinjaman bank, menurunnya kepercayaan industri, tingginya utang rumah tangga, serta tarif impor AS yang menekan ekspor.


Sepanjang tujuh bulan pertama 2025, indeks manufaktur Thailand tercatat turun 0,7 persen secara tahunan. Akibatnya, kementerian memangkas proyeksi pertumbuhan produksi untuk 2025 menjadi hanya 0–0,5 persen, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 0–1 persen.

“Setelah awal tahun yang kuat ketika produsen meningkatkan produksi sebelum tarif AS berlaku, kini aktivitas produksi melambat,” ujar Passakorn Chairat, Kepala Kantor Ekonomi Industri Kementerian Perindustrian, dikutip dari Bangkok Post, Senin 1 September 2025.

“Produsen sudah banyak menghabiskan persediaan. Saat ini mereka menunggu arah pasar sebelum menyesuaikan rencana produksi,” tambahnya.

AS telah menetapkan tarif 19 persen untuk barang impor dari Thailand, lebih rendah dari tarif 36 persen yang diumumkan sebelumnya, dan sejalan dengan kebijakan untuk negara-negara lain di kawasan tersebut. Namun, masih ada ketidakpastian soal tarif untuk pengiriman ulang barang melalui Thailand dari negara ketiga.

Salah satu sektor yang terpukul paling keras adalah otomotif. Produksi mobil di Thailand pada Juli anjlok 11,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadi penurunan pertama dalam tiga bulan terakhir.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya