Berita

Ilustrasi (Foto: RMOL/Reni Erina)

Bisnis

Rupiah Tertekan, BI Pastikan Tetap Aktif di Pasar Valas

SABTU, 30 AGUSTUS 2025 | 07:17 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Bank indonesia (BI) akan tetap berupaya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah kondisi gejolak politik di dalam negeri. BI juga akan terus melakukan intervensi di pasar spot dan non-deliverable forward (NDF). 

Kepala departemen pengelolaan moneter dan aset sekuritas BI, Erwin Gunawan Hutapea, mengatakan langkah tersebut merupakan bagian dari strategi operasi moneter pro-pasar untuk menjaga Rupiah agar tetap bergerak sesuai fundamentalnya

Rupiah melemah pada penutupan perdagangan Jumat sore, 29 Agustus 2025 ke level terlemahnya sejak 1 Agustus. 


Kurs Rupiah ditutup pada level Rp16.499 per Dolar AS, melemah 147 poin, atau 0,90 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya di level Rp16.352 per Dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan posisi rupiah Rp16.461 per Dolar AS.

Demo buruh yang terus berlangsung diduga kuat menjadi penyebab lemahnya Rupiah. 

"Bank Indonesia terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi, termasuk intervensi NDF di pasar off-shore dan intervensi di pasar domestik melalui transaksi spot, DNDF, dan SBN di pasar sekunder. Seluruh instrumen yang moneter terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market," kata Erwin, dalam pernyataannya, dikutip dari CNBC, Sabtu 30 Agustus 2025. 

Erwin memang tidak menjelaskan lebih lanjut penyebab pelemahan Rupiah pada hari Jumat, tetapi ia menegaskan akan terus membeli obligasi pemerintah di pasar sekunder. 

"Langkah meningkatkan likuiditas di pasar uang dan perbankan dilaksanakan melalui lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) secara terukur dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder," ujarnya. 

Indeks saham domestik juga tertekan, turun hingga 2 persen dan menyentuh level terendah sejak 12 Agustus.

Menanggapi hal ini, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Jeffrey Hendrik, mengatakan fundamental pasar saham tetap kuat, dan koreksi teknikal yang terjadi dianggap sebagai hal yang normal dan wajar dalam pasar keuangan, tidak mengindikasikan masalah fundamental.

Populer

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya