Berita

Praktisi Wakaf Uang H Ayep Zaki. (Foto: Dok Pribadi)

Publika

HUT ke-80 Kemerdekaan RI

Wakaf Uang sebagai Endowment Merah Putih

OLEH: H AYEP ZAKI
RABU, 13 AGUSTUS 2025 | 06:55 WIB

DELAPAN puluh tahun Indonesia merdeka adalah usia matang untuk bertanya: setelah lagu kebangsaan berkumandang dan bendera dikibarkan, apa yang kita wariskan agar kemerdekaan dapat dirasakan di dapur rakyat, di kelas-kelas sekolah, dan di etalase usaha mikro? 

Salah satu jawabannya sederhana namun strategis: wakaf uang -- instrumen yang menahan pokok dana agar abadi, sementara manfaatnya terus mengalir untuk kesejahteraan bersama.

Wakaf uang berbeda dari donasi biasa. Pokok dana tidak dihabiskan; ia dikelola secara syariah dan hati-hati (misalnya pada sukuk atau pasar uang syariah berisiko rendah). Yang digunakan untuk program sosial adalah hasil pengelolaan -- imbal hasil yang muncul secara berkala. 


Desain ini membuat wakaf uang berfungsi seperti dana abadi (endowment): stabil, anti-siklus, dan melintas generasi. Dana Abadi yang terikat dengan hukum wakaf.

Mengapa relevan di HUT ke-80 Kemerdekaan RI? Karena kemerdekaan bukan hanya kebebasan politik, tetapi kedaulatan sosial-ekonomi: kemampuan warga membiayai pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan tanpa menambah beban utang. Wakaf uang menenun semangat gotong royong dengan mekanisme keuangan yang rapi dan terukur.

Dampaknya nyata. Dari hasil wakaf, pelaku UMK bisa mengakses Qardhul Hasan -- pinjaman tanpa bunga untuk membeli bahan baku, memperbaiki alat, atau menambah stok. Biaya keuangan turun, omset naik, lapangan kerja tumbuh. 

Di sisi lain, hasil yang sama dapat menjaga human capital melalui beasiswa vokasi, paket gizi ibu-anak, klinik keliling, hingga kacamata murah bagi pelajar. 

Pada sektor pangan, dukungan ke benih, irigasi mikro, gudang komunitas, dan edukasi pascapanen membantu menstabilkan harga dan memperkuat ketahanan rumah tangga. 

Saat bencana datang, bila itu teralokasikan sesuai amanah wakif, dana hasil wakaf menjadi bantalan cepat untuk logistik dan pemulihan ekonomi warga.

Mari bayangkan daya ungkitnya. Jika 100.000 orang berkomitmen Rp20.000 per pekan, terkumpul sekitar Rp2 miliar per pekan atau ± Rp104 miliar per tahun. 

Dengan pengelolaan konservatif (asumsi imbal hasil 5%/tahun), tersedia ± Rp4,68 miliar untuk disalurkan setiap tahun -- sementara pokoknya tetap. 

Angka ini ilustratif, namun ia menunjukkan betapa komitmen kecil yang konsisten bisa berubah menjadi arus manfaat yang tak pernah putus.

Tentu, keberkahan harus diikat dengan tata kelola. Ada tiga kunci agar wakaf uang menjadi mesin kebaikan yang dipercaya publik. Pertama, kepatuhan syariah dan hukum: ikrar wakaf, pencatatan resmi, peruntukan yang jelas, dan nazhir yang terdaftar. 

Kedua, prinsip kehati-hatian investasi: prioritas instrumen berisiko rendah, diversifikasi, batas konsentrasi, serta liquidity buffer untuk kebutuhan penyaluran. 

Ketiga, transparansi dan akuntabilitas: laporan periodik, audit keuangan dan audit syariah, serta dasbor publik yang menunjukkan arus dana dan profil penerima manfaat. Dengan ini, kepercayaan tumbuh -- dan partisipasi ikut membesar.

Lalu, bagaimana mulai? Tetapkan niat kecil yang rutin. Rp10-50 ribu per pekan sudah cukup menyalakan mesin. Pilih nazhir yang tepercaya -- terdaftar dan memiliki kebijakan investasi syariah yang jelas. 

Tentukan fokus yang paling dekat di hati: UMK, pendidikan, kesehatan, pangan, atau lingkungan. Pantau dan ceritakan. Kebaikan yang transparan lebih mudah menginspirasi keluarga, tetangga, dan komunitas.

Di usia 80 tahun, bangsa ini tak hanya butuh seremoni megah, tetapi infrastruktur sosial abadi yang dibiayai dan dijaga oleh warganya sendiri. Wakaf uang memberi kita alat untuk itu: arus manfaat yang menyala pelan tapi pasti, tahun demi tahun, generasi ke generasi.

Jadi, saat bendera merah putih kembali berkibar, mari rayakan kemerdekaan dengan langkah sederhana namun bermakna: berwakaf uang secara konsisten. 

Karena kemerdekaan yang sejati bukan hanya dikenang, melainkan mengalir -- menjadi pendidikan yang terjangkau, kesehatan yang ramah, usaha kecil yang tumbuh, dan pangan yang aman di meja setiap keluarga Indonesia.

Merdeka yang mengalir. Wakaf uang -- dari kita, untuk semua, sepanjang masa.


Penulis adalah Praktisi Wakaf Uang



Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya