Berita

Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF, Andry Satrio Nugroho/Tangkapan layar

Bisnis

Ekonom Desak Pemerintah Transparan Buka Data BPS Soal Pertumbuhan Ekonomi 5,12 Persen

RABU, 06 AGUSTUS 2025 | 12:41 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Sejumlah ekonom mendesak pemerintah untuk membuka secara transparan data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diklaim mencapai 5,12 persen pada kuartal II 2025.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), M Fadhil Hasan, menilai pemerintah tidak cukup hanya menyampaikan angka-angka secara sepihak tanpa penjelasan yang lebih terbuka dan akuntabel. 

“Menurut saya, di triwulan II-2025, perekonomian sebenarnya di bawah 5 persen. Pemerintah perlu memberikan penjelasan dan komunikasi yang lebih komprehensif, terutama soal metodologi penghitungan. Pemerintah tidak cukup hanya mengumumkan data, tapi juga harus menjelaskan kejanggalan-kejanggalan yang muncul,” ujar Fadhil dalam diskusi publik INDEF, Rabu 6 Agustus 2025.


Kritik serupa disampaikan Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF, Andry Satrio Nugroho. Ia mempertanyakan lonjakan pertumbuhan yang tidak lazim di triwulan II ini, mengingat tidak adanya momentum Ramadan yang biasanya mendorong konsumsi.

“Tidak ada momen Ramadan, tidak ada faktor musiman seperti tahun-tahun sebelumnya, tapi kenapa justru pertumbuhannya melonjak cukup tinggi? Ini yang harus dibedah lebih dalam, apakah ini anomali atau jangan-jangan ada praktik window dressing data,” tegas Andry.

Andry mengungkapkan, ada lima sektor utama yang menyumbang porsi besar terhadap pertumbuhan ekonomi, yakni industri pengolahan, pertanian-kehutanan, perdagangan besar, dan pertambangan. Namun faktanya, industri manufaktur justru terus tertekan di bawah level 50 selama beberapa bulan terakhir.

Selain jtu, hasil konfirmasi ke pelaku ritel dan asosiasi terkait juga tidak ditemukan lonjakan kinerja yang signifikan.

“Kami tanya ke para retailer dan asosiasi, justru mereka mengaku kinerja perdagangan di sektor ritel tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya. Fenomena Rohjali (rombongan jadi beli) dan Rohana (rombongan hanya nanya) itu nyata. Perdagangan besar yang tumbuh positif pun hanya di segmen non-kendaraan. Ini menjadi tanda tanya besar,” paparnya.

Lebih jauh, Andry menyoroti sektor penyediaan akomodasi dan makanan minuman yang seharusnya terdampak oleh kebijakan efisiensi pemerintah dan pembatasan perjalanan dinas. Namun, sektor ini justru mencatat pertumbuhan yang dinilai di luar logika lapangan.

“Dengan adanya efisiensi dan pembatasan perjalanan dinas oleh ASN dan pemerintah daerah, seharusnya pertumbuhan sektor ini melambat. Tapi faktanya justru tumbuh jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi. Ini mencengangkan,” pungkas Andry.

Ia menegaskan, pemerintah dan BPS harus memberikan klarifikasi apakah data yang disajikan benar-benar mencerminkan kondisi di lapangan atau justru menyimpan anomali yang perlu diluruskan. 

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menegaskan ketidakpercayaannya terhadap data BPS, di tengah meningkatnya PHK, pertumbuhan industri pengolahan yang terbatas, serta konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh 4,97 persen, padahal menyumbang mencapai 50 persen dari PDB.

“Pertumbuhan ekonomi triwulan 2 2025 penuh kejanggalan dan tanda tanya publik. Saya TIDAK PERCAYA dengan data yang disampaikan mewakili kondisi ekonomi yang sebenarnya,” tuturnya dalam keterangan terpisah.

Ia mendesak BPS seharusnya menjadi badan yang mengedepankan informasi data yang akurat tanpa ada intervensi pemerintah. 

“BPS harus menjelaskan secara detail metodologi yang digunakan, termasuk indeks untuk menarik angka nilai tambah bruto sektoral dan juga pengeluaran,” tandasnya.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Menhut Kebagian 688 Ribu Hektare Kawasan Hutan untuk Dipulihkan

Rabu, 24 Desember 2025 | 20:14

Jet Militer Libya Jatuh di Turki, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Tewas

Rabu, 24 Desember 2025 | 20:05

Profil Mayjen Primadi Saiful Sulun, Panglima Divif 2 Kostrad

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:46

Nutrisi Cegah Anemia Remaja, Gizigrow Komitmen Perkuat Edukasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:41

Banser dan Regu Pramuka Ikut Amankan Malam Natal di Katedral

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:33

Prabowo: Uang Sitaan Rp6,6 Triliun Bisa Dipakai Bangun 100 Ribu Huntap Korban Bencana

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:11

Satgas PKH Tagih Denda Rp2,34 Triliun dari 20 Perusahaan Sawit dan 1 Tambang

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:43

Daftar 13 Stafsus KSAD Usai Mutasi TNI Terbaru

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:36

Prabowo Apresiasi Kinerja Satgas PKH dan Kejaksaan Amankan Aset Negara

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:35

Jelang Malam Natal, Ruas Jalan Depan Katedral Padat

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:34

Selengkapnya