Berita

Ilustrasi nuklir Rusia/TASS

Dunia

Rusia Cabut Kepatuhan pada Perjanjian Nuklir INF 1987 dengan AS

SELASA, 05 AGUSTUS 2025 | 08:53 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pemerintah Rusia menyatakan tidak lagi terikat pada Perjanjian Pasukan Nuklir Jangka Menengah (Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty/INF) yang sebelumnya disepakati bersama Amerika Serikat (AS) pada tahun 1987.

Perjanjian INF sebelumnya melarang pengembangan dan penempatan rudal berbasis darat dengan jangkauan antara 500 hingga 5.500 kilometer. Namun, kesepakatan ini runtuh pada 2019 setelah AS menarik diri secara sepihak, dengan alasan Rusia melanggar isi perjanjian. Tuduhan itu dibantah Moskow, yang balik menuduh AS justru sedang mengembangkan rudal yang dilarang.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah lama memperingatkan bahwa bubarnya INF akan merusak kerangka keamanan global dan memicu perlombaan senjata baru.


Langkah Rusia mencabut komitmen pada INF diumumkan lewat pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Rusia, Selasa, 5 Agustus 2025. Dalam pernyataan tersebut, Rusia menegaskan bahwa kondisi saat ini sudah tidak memungkinkan untuk melanjutkan moratorium sepihak terhadap penyebaran senjata jarak menengah.

“Kementerian Luar Negeri Rusia mencatat hilangnya kondisi untuk mempertahankan moratorium sepihak pada penyebaran senjata serupa dan diberi wewenang untuk menyatakan bahwa Rusia tidak lagi menganggap dirinya terikat oleh pembatasan yang berlaku sendiri yang sebelumnya diadopsi,” tulis kementerian, dikutip dari RT.

Rusia juga menuding langkah AS dan sekutunya telah menciptakan ancaman nyata terhadap keamanan nasional mereka. Contohnya, tahun lalu AS menempatkan sistem peluncur rudal Typhon di Filipina. Selain itu, dalam latihan militer Talisman Sabre di Australia, Angkatan Darat AS juga menggunakan sistem Typhon.
Typhon adalah peluncur bergerak berbasis darat yang dapat menembakkan rudal jelajah Tomahawk (jangkauan hingga 1.800 km) dan rudal SM-6 (jangkauan hingga 500 km). Kedua senjata ini sebelumnya dilarang di bawah INF.

“Tindakan negara-negara Barat menciptakan ancaman langsung terhadap keamanan Rusia,” tulis pernyataan tersebut.

Pernyataan ini muncul hanya beberapa hari setelah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan AS, menyusul kedatangan kapal perang dan kapal selam bertenaga nuklir milik Rusia di Kuba, sebuah langkah yang dipandang sebagai unjuk kekuatan Moskow di dekat wilayah pengaruh Washington.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

RUU Koperasi Diusulkan Jadi UU Sistem Perkoperasian Nasional

Rabu, 17 Desember 2025 | 18:08

Rosan Update Pembangunan Kampung Haji ke Prabowo

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:54

Tak Perlu Reaktif Soal Surat Gubernur Aceh ke PBB

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:45

Taubat Ekologis Jalan Keluar Benahi Kerusakan Lingkungan

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:34

Adimas Resbob Resmi Tersangka, Terancam 10 Tahun Penjara

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:25

Bos Maktour Travel dan Gus Alex Siap-siap Diperiksa KPK Lagi

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:24

Satgas Kemanusiaan Unhan Kirim Dokter ke Daerah Bencana

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:08

Pimpinan MPR Berharap Ada Solusi Tenteramkan Warga Aceh

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:49

Kolaborasi UNSIA-LLDikti Tingkatkan Partisipasi Universitas dalam WURI

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:45

Kapolri Pimpin Penutupan Pendidikan Sespim Polri Tahun Ajaran 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:42

Selengkapnya