Menteri Perdagangan Budi Santoso/RMOL
Menteri Perdagangan Budi Santoso menyampaikan bahwa neraca perdagangan Indonesia masih menunjukkan tren positif hingga semester I tahun 2025.
Salah satu mitra dagang dengan kontribusi surplus tertinggi adalah Amerika Serikat, mencapai 9,92 miliar dolar AS.
"Kalau kita lihat mitra dagang kita, surplus tertinggi kita ke Amerika sampai semester 1 ini sebesar 9,92 miliar. Ini pertanda bahwa produk-produk Indonesia masih memiliki daya saing meskipun diberlakukan tarif resiprokal," kata Mendag Budi saat jumpa pers di kantornya, Senin, 4 Agustus 2025.
Ia menegaskan, pemerintah akan terus memantau perkembangan kebijakan dagang dan tetap optimistis terhadap kinerja ekspor.
"Jadi kita akan mantau terus dan akan berupaya setelah dilakukan pemberlakuan tarif resiprokal, ekspor kita tetap terus meningkat," ujarnya.
Surplus dagang Indonesia juga tercatat tinggi ke beberapa negara lain, di antaranya India sebesar 6,64 miliar dolar AS, Filipina 4,36 miliar dolar, Malaysia 3,07 miliar dolar, dan Vietnam 2,21 miliar dolar.
Dari sisi kawasan, ASEAN memberikan kontribusi surplus sebesar 9,6 miliar dolar, disusul Uni Eropa (EU 27) sebesar 3,8 miliar dolar AS.
"Ini kalau EU kan belum diberlakukan EU-CEPA, harapan kita akan terus meningkat karena ini penanda yang baik bahwa sebelum diberlakukan EU-CEPA ekspor kita terus melakukan peningkatan," jelas Budi.
Meski masih mengalami defisit dengan beberapa negara seperti Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Budi menegaskan bahwa RRT tetap menjadi tujuan ekspor utama Indonesia.
"Memang kita mengalami beberapa defisit termasuk dengan RRT, tapi kalau kita lihat dengan RRT ini tujuan utama ekspor Indonesia. Kedua Amerika disusul India, Jepang, dan Malaysia. Jadi memang tujuan utama atau pasar utama ekspor kita nomor satu tetap RRT," ucapnya.
Struktur ekspor nonmigas Indonesia pada semester I 2025 masih didominasi oleh sektor industri pengolahan dengan kontribusi mencapai 83,81 persen.
Sektor pertanian mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 49,77 persen, disusul industri pengolahan naik 16,57 persen. Sebaliknya, sektor pertambangan dan lainnya turun 25,21 persen.
Adapun komoditas ekspor nonmigas dengan pertumbuhan tertinggi di antaranya adalah kakao dan olahannya, kopi, teh dan rempah-rempah, timah dan barang daripadanya, aluminium dan produk turunannya, serta berbagai produk kimia.
Sementara itu, negara tujuan ekspor dengan pertumbuhan tertinggi dari 20 negara utama pada semester I 2025 adalah Swiss, Arab Saudi, Thailand, Bangladesh, dan Singapura.
Untuk kawasan, pertumbuhan ekspor tertinggi dicatatkan oleh Asia Tengah, Afrika Barat, Afrika Timur, Amerika Selatan, dan Afrika Selatan.