Berita

Ilustrasi/Ist

Publika

Pentingnya Pelaporan ESG

Oleh: Dayan Hakim*
SABTU, 02 AGUSTUS 2025 | 12:54 WIB

ESG (Environmental, Social, and Governance) merupakan panduan yang harus diterapkan oleh perusahaan jika ingin berinvestasi dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola. Konsep ini digunakan sebagai alat pengukuran untuk mengevaluasi dampak sosial dan keberlanjutan dari investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang mematuhi standar ini akan mengintegrasikan ketiga kriteria ini dalam operasional bisnis dan dalam pengambilan keputusan investasi mereka.

Pada dasarnya, konsep ini tumbuh sebagai hasil dari kesadaran investor akan pentingnya model bisnis yang berkelanjutan. Kesadaran ini mendorong perusahaan untuk mengakui konsep ini sebagai pedoman krusial dalam proses pengambilan keputusan bisnis jangka panjang. ESG merupakan faktor penting dalam bisnis dan investasi karena membantu perusahaan mengelola risiko, membangun reputasi, dan menciptakan dampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat. 

Pemahaman lebih dalam tentang konsep ini menjadi kunci untuk memastikan bahwa perusahaan dan investor dapat berkontribusi pada dunia yang lebih berkelanjutan. Meningkatnya kesadaran seputar lingkungan, sosial, dan tata kelola telah mengubah paradigma di dunia bisnis dan investasi.


Dengan menerapkan pelaporan ESG perusahaan dapat memperoleh beberapa manfaat antara lain yang pertama adalah pengelolaan risiko lebih baik. Perusahaan cenderung dapat mengidentifikasi dan mengelola risiko lebih efektif, terutama risiko lingkungan dan sosial. Ini dapat membantu menghindari konsekuensi hukum, finansial, dan reputasi yang merugikan. Manfaat kedua adalah mendorong perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional. Misalnya, pengurangan limbah, efisiensi energi, dan penggunaan sumber daya yang bijak dapat mengurangi biaya produksi dan operasional.

Manfaat ketiga adalah peningkatan daya saing sehingga perusahaan cenderung lebih kompetitif. Mereka bisa menarik lebih banyak pelanggan yang peduli dengan isu-isu ini dapat menarik talenta yang peduli dengan misi perusahaan yang berkelanjutan. Manfaat berikutnya adalah peningkatan keterlibatan karyawan. Praktik-praktik seperti kebijakan keragaman dan inklusi, serta perhatian pada kesejahteraan karyawan, dapat meningkatkan keterlibatan dan kepuasan karyawan. 

Ini dapat mengurangi turnover dan meningkatkan produktivitas. Manfaat terakhir bagi perusahaan adalah perolehan akses modal lebih baik. Investor semakin mempertimbangkan dalam mengambil keputusan investasi. Perusahaan yang memprioritaskan ESG lebih mungkin mendapatkan akses ke modal dari investor yang peduli dengan keberlanjutan.

Sebelum masuk ke pelaporan perlu dipahami terlebih dahulu kriteria ESG yang dipergunakan dalam standar pelaporan. Kriteria ESG menekankan bisnis berkelanjutan dengan memperhatikan tiga aspek utama: lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan. Kriteria pertama adalah lingkungan (Environmental). Dalam hal ini kriteria lingkungan membicarakan dampak perusahaan pada lingkungan alam sekitar selama operasional. Ini meliputi berbagai hal seperti penggunaan sumber daya energi yang bersih, pengelolaan limbah, usaha untuk mengurangi polusi, dan praktik konservasi sumber daya alam.

Dengan memperhatikan aspek lingkungan dalam manajemen risiko perusahaan akan membantu mengurangi potensi dampak negatif terhadap bisnis. Hal ini juga berkontribusi pada penilaian operasional perusahaan dengan mempertimbangkan komitmen mereka terhadap praktik yang mendukung lingkungan. 

Kepatuhan terhadap pelestarian lingkungan memiliki dampak positif pada perusahaan karena memungkinkan operasi bisnis yang berkelanjutan dalam jangka panjang, didukung oleh lingkungan yang sehat.

Kriteria berikutnya adalah Sosial (Social). Kriteria Sosial menitikberatkan pada hubungan perusahaan dengan pihak eksternal, termasuk komunitas, masyarakat, pemasok, pelanggan, media, dan entitas lain yang berinteraksi dengan perusahaan. Hal ini dapat langsung mempengaruhi kinerja finansial perusahaan. Citra perusahaan dapat terpengaruh oleh cara perusahaan menangani masalah sosial. 

Sebagai contoh, perusahaan harus  aktif menangani isu-isu, hak-hak, dan tantangan yang dihadapi oleh karyawan dan buruh. Kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dan memberikan kontribusi positif pada isu-isu sosial menjadi faktor kunci dalam evaluasi standar ini.

Kriteria terakhir adalah Tata Kelola Perusahaan (Governance). Kriteria ini lebih fokus hubungan eksternal dan menekankan bagaimana perusahaan diatur dan dikelola secara internal. Dan kriteria tata kelola perusahaan mencakup berbagai aspek, termasuk kebijakan perusahaan, standar perusahaan, budaya perusahaan, tingkat transparansi, proses audit, dan kepatuhan. 

Faktor-faktor ini dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan karena tata kelola yang kuat dan transparan meningkatkan kepercayaan investor. Sebagai contoh, tata kelola keuangan yang transparan, legal, dan etis selalu menjadi pertimbangan utama bagi investor.

Perusahaan yang telah memprioritaskan ESG dalam implementasi strategi bisnisnya biasanya mengembangkan kebijakan khusus yang mengikuti prinsip-prinsip ESG. Ini mencakup komitmen perusahaan terhadap pelestarian lingkungan, kebijakan keragaman dan inklusi, serta standar etika dalam tata kelola perusahaan. 

Perusahaan mengintegrasikan faktor-faktor ESG dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Ini mencakup penilaian risiko lingkungan dan sosial, serta memastikan bahwa keputusan bisnis tidak merugikan keberlanjutan lingkungan dan hak asasi manusia.

Selain itu, perusahaan yang mematuhi standar ini biasanya memberikan laporan yang transparan mengenai kinerja mereka. Ini mencakup pengungkapan informasi tentang dampak lingkungan, praktik ketenagakerjaan, dan praktik tata kelola. Penerapan konsep ini bisa membantu perusahaan mengidentifikasi peluang bisnis yang relevan, menciptakan budaya perusahaan yang menghormati nilai-nilai ESG, mendorong inovasi, hingga melibatkan karyawan sehingga seluruh organisasi memahami dan mendukung prinsip-prinsip ini.

Penerapan konsep ini dalam strategi bisnis membantu perusahaan mencapai tujuan keberlanjutan, memitigasi risiko, membangun reputasi yang kuat, dan mendukung pertumbuhan jangka panjang. Ini juga memastikan bahwa perusahaan berkontribusi positif pada lingkungan, masyarakat, dan tata kelola yang baik. Pada dasarnya, ESG pun merupakan jenis pendekatan investasi yang dapat diadopsi pada berbagai jenis aktivitas dan entitas. Tidak terbatas pada investor, para pemangku kepentingan, pegiat komunitas, para perancang kebijakan pun dapat menggunakan kriteria ESG sebagai model manajemen mereka.

Sebagai contoh dapat dikemukakan perusahaan multinasional Unilever sebagai salah satu perusahaan yang menonjol dalam penerapan ESG. Unilever memiliki program “Sustainable Living Plan” yang mencakup komitmen untuk mengurangi emisi karbon dan limbah plastik, serta mempromosikan keberlangsungan rantai pasokan mereka. Dalam kriteria sosial, unilever mendorong kebijakan inklusi dan keberagaman di tempat kerja mereka dan aktif dalam berbagai inisiatif sosial, seperti program “Dove Self-Esteem Project” yang mendukung kesejahteraan psikologis muda.

Perusahaan ini juga memiliki sistem tata kelola yang transparan dan etis serta mendukung prinsip-prinsip tata kelola yang baik. Dampak positif perusahaan yaitu berhasil memperluas pangsa pasar mereka dengan produk berkelanjutan, meningkatkan loyalitas pelanggan, dan membangun reputasi yang kuat dalam kemiskinan. Mereka juga telah berhasil mencapai pengurangan emisi karbon yang signifikan.

Dalam menyusun sistem pelaporan ESG ternyata tidak semudah membangun sistem pelaporan akuntansi keuangan biasa. Banyak tantangan yang dihadapi baik dari sisi internal maupun eksternal Perusahaan. Adapun beberapa tantangan tersebut antara lain pertama adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman manajemen puncak. Tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman yang memadai tentang ESG di seluruh organisasi khususnya dari manajemen puncak. 

Menghadapi ini, perusahaan dapat menyelenggarakan pelatihan untuk karyawan mereka, dan juga berkomunikasi secara teratur dengan pemangku kepentingan. Sosialisasi dan diseminasi mengenai manfaat pelaporan ESG harus kerap dilakukan.

Tantangan kedua adalah tingginya biaya Implementasi yang dibutuhkan dalam mengimplementasikan sistem pelaporan ESG. Penerapan standar ini memerlukan investasi signifikan, terutama dalam infrastruktur dan teknologi yang mendukung praktik berkelanjutan termasuk biaya pelatihan dan diseminasi. Mengatasi hal tersebut, perusahaan dapat memprioritaskan proyek berkelanjutan dengan ROI yang tinggi dan mencari cara-cara inovatif untuk mengurangi biaya, seperti berkolaborasi dengan mitra.

Tantangan berikutnya adalah pendekatan regulasi yang beragam. Kondisi saat ini seperti sedang di persimpangan jalan. Masing-masing instansi mengeluarkan peraturannya sendiri tanpa melakukan koordinasi dengan instansi lainnya. Dirjen Peraturan Perundangan yang bertugas melakukan harmonisasi perundangan seolah seperti bebek lumpuh menghadapi arogansi sektoral masing-masing instansi. 

Perusahaan yang beroperasi di berbagai yurisdiksi mungkin menghadapi peraturan berbeda-beda, yang dapat membingungkan dan memerlukan sumber daya yang signifikan untuk kepatuhan. Perusahaan harus memantau peraturan di semua yurisdiksi yang relevan dan mengembangkan sistem untuk mematuhi semua persyaratan dengan efisien. Di sisi lain, organisasi profesi seperti lamban menanggapi perubahan ekosistem keuangan saat ini.

Tantangan selanjutnya adalah kesulitan dalam melakukan pengukuran dan Pelaporan ESG. Mengukur dampak dengan cara konsisten dan dapat diukur adalah tantangan lain. Kelemahan sistem yang belum terintegrasi akan mempersulit pengukuran dan pelaporan. Hal ini melibatkan pengumpulan data yang akurat dan pelaporan yang transparan. Perusahaan perlu menginvestasikan dalam sistem pelaporan yang kuat dan mempertimbangkan penggunaan teknologi.

Tantangan terakhir adalah adanya resistensi internal. Beberapa karyawan atau pemangku kepentingan mungkin resisten terhadap perubahan. Mengatasi ini, perusahaan perlu membangun dukungan dari atas ke bawah, memastikan pemangku kepentingan memahami manfaat jangka panjang. Menghadapi tantangan ini, perusahaan perlu mengambil pendekatan holistik dan berkelanjutan dalam menerapkan ESG. Dengan komitmen yang kuat, edukasi, dan strategi yang bijak, banyak tantangan dalam implementasi ESG dapat terlaksana.

Demikian penjelasan tentang ESG yang mencakup isu lingkungan, sosial, dan tata kelola dalam dunia bisnis dan investasi. Penerapan ini memberikan manfaat jangka panjang bagi perusahaan, termasuk peningkatan kinerja dan reputasi. Memahami dan menerapkan konsep ini adalah langkah penting mendukung pembangunan berkelanjutan yang berdampak positif pada lingkungan dan masyarakat.

ESG bukan hanya tentang memperhatikan isu-isu sosial dan lingkungan, tetapi juga tentang memastikan keinginan jangka panjang perusahaan dan memberikan kontribusi positif pada masyarakat dan lingkungan sekitar. Di dunia yang semakin peduli dengan lingkungan, konsep ini menjadi langkah penting untuk sukses dalam bisnis dan investasi.


*Penulis adalah Pelaku bisnis logistic dan Dosen MM Universitas Jayabaya

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya