Berita

Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi (PHE) Denny JA bersama Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri/Ist

Bisnis

Denny JA Ingin Pertamina Bangkit Lagi

JUMAT, 25 JULI 2025 | 18:24 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Pertamina yang berdiri pada tahun 1970-an berhasil menjelma menjadi perusahaan yang disegani dunia. Di era Orde Baru bahkan produksi minyak Pertamina menembus angka 1,2 juta barel per hari. 

Angka ini jauh melampaui kebutuhan domestik dan menjadikan Indonesia bukan sekadar swasembada energi, tetapi juga eksportir utama minyak mentah.

Namun kini, badai melanda perusahaan plat merah tersebut. Pasalnya, pemberitaan saat ini kerap mengaitkan Pertamina dengan bayang-bayang mafia impor, korupsi dalam pengadaan, serta beban utang yang sempat membengkak.


Padahal, kata Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi (PHE) Denny JA, Petronas yang dulu berguru pada Pertamina kini telah menjelma menjadi raksasa global. 

“Petronas tampil dengan struktur korporasi yang ramping, transparan, dan modern. Sementara Pertamina, selama bertahun-tahun, terseok oleh politik internal dan beban birokrasi,” katanya kepada wartawan, Jumat, 25 Juli 2025.

Sebagai bagian dari Pertamina, Denny JA bermimpi untuk membuat perusahaan tersebut besar kembali. Sejumlah pertemuan dilakukan untuk merangkai ide besar tersebut. Salah satunya dengan menjumpai Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri pada Kamis, 24 Juli 2025. 

“Kami hanya berbincang satu jam. Namun dari percakapan itu lahir kesepahaman yang kuat, membuat Pertamina bangkit,” tegasnya.

Ada tiga agenda bicarakan. Pertama, menargetkan agar produksi minyak mentah yang hanya mentok di angka 600 ribu barel per hari bisa digenjot hingga 1 juta barel per hari. 

Menurutnya, ini bukan sekadar mimpi kosong lantaran ada dukungan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR), eksplorasi aktif, dan percepatan perizinan.

“Termasuk adanya hubungan yang lebih sinergis antara Pertamina dan SKK Migas. Jadi angka ini realistis dan dapat dicapai,” sambungnya.

Kedua, perlu ada keterlibatan swasta yang lebih luas. Menurutnya, negara tidak bisa berjalan sendiri dan membutuhkan energi kewirausahaan, inovasi teknologi, dan efisiensi biaya dari sektor swasta.

“Namun pelibatan ini tetap harus berada dalam koridor pengawasan, transparansi, dan keberpihakan pada kepentingan nasional,” lanjut Denny.

Sementara poin ketiga adalah menghadirkan ekosistem energi yang berkeadilan. Kebangkitan energi, katanya, bukan sekadar urusan volume produksi tapi juga harus menyentuh keadilan sosial. Salah satunya dengan memberdayakan masyarakat dan daerah penghasil.

“Program CSR mesti menjangkau pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dan ekonomi lokal,” tegasnya.

Tidak hanya itu, Denny JA juga sempat berdiskusi dengan Direktur Utama PHE Awang Lazuardi, untuk menyusun langkah-langkah strategis yang tak konvensional. Yaitu, dengan membuka ruang partisipasi yang luas bagi sektor swasta dalam pengembangan hulu migas.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya