Representative Image/GZERO Media
Rusia dan Ukraina akan kembali ke meja perundingan di Istanbul pada pekan ini dalam upaya terbaru untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung sejak Februari 2022.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan bahwa pertemuan akan digelar pada hari Rabu, 23 Juli 2025, menyusul dua putaran negosiasi sebelumnya yang belum membuahkan kemajuan signifikan.
“Hari ini, saya berdiskusi dengan (Kepala Dewan Keamanan Ukraina) Rustem Umerov mengenai persiapan pertukaran dan pertemuan lain di Turki dengan pihak Rusia. Umerov melaporkan bahwa pertemuan tersebut dijadwalkan pada hari Rabu,” ujar Zelensky, seperti dimuat Moscow Times pada Selasa, 22 Juli 2025.
Namun demikian, laporan berbeda muncul dari pihak Rusia. Kantor berita pemerintah Rusia,
TASS, mengutip sumber anonim yang menyatakan bahwa perundingan kemungkinan besar akan berlangsung pada hari Kamis, 24 Juli 2025.
Kremlin sendiri telah mengonfirmasi bahwa persiapan untuk negosiasi sedang berlangsung, namun belum memberikan tanggal pasti.
“Begitu tanggal ditentukan, kami akan mengumumkannya secara resmi,” demikian pernyataan singkat dari pihak Kremlin.
Ukraina pun bersikap hati-hati dalam menyikapi putaran negosiasi ini. Seorang pejabat Ukraina yang tidak disebutkan namanya menyampaikan bahwa masih banyak pekerjaan diplomatik yang harus diselesaikan, dan meminta masyarakat internasional tidak terlalu berharap pada hasil instan.
Zelensky sebelumnya juga menekankan perlunya pertemuan langsung antar pemimpin untuk membuka jalan menuju perdamaian yang konkret.
“Pertemuan di tingkat pemimpin diperlukan untuk benar-benar memastikan perdamaian. Perdamaian yang benar-benar langgeng,” tegas Zelensky pada Sabtu, 19 Juli 2025.
Dalam kesempatan yang sama, Zelensky mengungkapkan bahwa dialog mengenai pertukaran tahanan terus berlangsung sebagai bagian dari implementasi kesepakatan dari dua putaran negosiasi sebelumnya yang juga diadakan di Istanbul, masing-masing pada 16 Mei dan 2 Juni.
“Dialog dengan pihak Rusia mengenai pertukaran tahanan sedang berlangsung, kami terus mengimplementasikan kesepakatan yang dicapai pada pertemuan sebelumnya di Istanbul. Tim kami saat ini sedang mengerjakan pertukaran lainnya,” jelasnya.
Meskipun perundingan tersebut menghasilkan pertukaran tahanan dalam jumlah besar, belum ada kemajuan nyata menuju gencatan senjata menyeluruh atau penyelesaian permanen atas konflik.
Putaran perundingan terbaru ini juga terjadi hanya beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump mengeluarkan ultimatum kepada Presiden Rusia Vladimir Putin, menuntut agar perang diakhiri dalam waktu 50 hari atau menghadapi sanksi tambahan dari Washington.