Berita

Ilustrasi tempe/Ist

Bisnis

Hoaks Tempe Pemicu Kanker Berpotensi Rugikan Ratusan Ribu Perajin

SELASA, 15 JULI 2025 | 15:26 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Narasi yang menyebut tempe kedelai impor sebagai penyebab kanker yang belakangan ramai beredar di media sosial meresahkan warga, dan berpotensi merugikan lebih dari 150 ribu perajin tempe di seluruh Indonesia.

Dalam konten yang viral itu, disebutkan bahwa seluruh kedelai impor merupakan hasil rekayasa genetika atau GMO, dan mengandung residu glyphosate, zat aktif pada herbisida yang dituding sebagai pemicu kanker.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Forum Tempe Indonesia (FTI) Prof. Hardinsyah menegaskan bahwa informasi tersebut tidak berdasar dan bisa berdampak serius pada pelaku industri tempe nasional.


"Jangan sampai masyarakat kita disuguhi informasi yang menyesatkan, karena ada lebih dari 150 ribu perajin tempe yang mungkin saja akan terdampak karena informasi hoaks ini," kata Hardinsyah, dalam keterangan tertulis, Selasa 15 Juli 2025.

Tempe yang telah menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia sejak lama selama ini disebut sebagai sumber gizi yang kaya manfaat, dengan kandungan protein tinggi, harga terjangkau, dan pengolahan yang mudah.

Namun, kekhawatiran publik kian meningkat akibat narasi yang mengaitkan kedelai GMO dengan kanker. 

Padahal, menurut Guru Besar Keamanan Pangan IPB, Prof. Ahmad Sulaeman, belum pernah ada bukti ilmiah maupun penelitian yang menunjukkan hubungan antara produk pangan hasil rekayasa genetika dan penyakit kanker.

"Masyarakat Indonesia sudah puluhan tahun mengonsumsi berbagai produk pangan hasil rekayasa genetika seperti roti, biskuit, mie instan, jagung, kentang, tomat, dan juga tempe serta tahu dari kedelai impor. Dan sepanjang yang saya pernah baca, belum ada penelitian atau bukti klinis yang kuat bahwa produk rekayasa genetika menyebabkan kanker," jelas Prof. Ahmad.

Ia juga mengutip pernyataan resmi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan bahwa makanan GMO yang beredar di pasar internasional telah lulus uji keamanan dan tidak menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia.

Lebih lanjut, Prof. Ahmad menjelaskan bahwa teknologi rekayasa genetika digunakan justru untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama, cuaca ekstrem, serta mengurangi ketergantungan terhadap pestisida. 

"Bibit hasil rekayasa genetika memang dirancang untuk memiliki keunggulan dibanding bibit konvensional, karena produksi pangan pada kenyataannya kalah kecepatannya dengan pertumbuhan penduduk apalagi dengan perubahan cuaca dan ancaman hama," jelasnya.

Mengutip data BPS, impor kedelai Indonesia tahun 2024 mencapai 2,67 juta ton, naik 17,68 persen dari tahun sebelumnya. 

Sebaliknya, produksi kedelai lokal hanya mencapai 558.600 ton. Artinya, ketergantungan pada kedelai impor, yang sebagian besar merupakan GMO disebut sudah menjadi kebutuhan selama lebih dari dua dekade.

Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) juga telah menegaskan bahwa produk kedelai GMO yang beredar di Indonesia aman untuk dikonsumsi, sebagaimana dirilis melalui laman turnbackhoax.id.

Forum Tempe Indonesia pun mengimbau agar masyarakat tidak mudah terpancing oleh isu kesehatan yang tidak berdasar. 

“Kepada seluruh pihak apakah praktisi kesehatan, akademisi atau influencer, kami mengimbau agar memberikan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan dengan data dan fakta yang jelas,” kata Hardinsyah.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya