Berita

PM Thailand, Paetongtarn Shinawatra/Net

Dunia

Buntut Telepon Rahasia dengan Hun Sen, PM Thailand Diselidiki Komisi Antikorupsi

SELASA, 15 JULI 2025 | 11:44 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Perdana Menteri Thailand yang tengah diskors, Paetongtarn Shinawatra, menghadapi tekanan politik yang semakin besar setelah Komisi Anti-Korupsi Nasional (NACC) membuka penyelidikan terhadapnya atas dugaan pelanggaran etika serius. 

Penyelidikan ini menyusul bocornya panggilan telepon kontroversial dengan mantan Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, yang memicu kemarahan publik dan tekanan politik di dalam negeri.

“Komisi telah membentuk panel investigasi. Tidak ada kerangka waktu,” kata seorang pejabat NACC dengan syarat anonim karena tidak berwenang memberikan pernyataan resmi, seperti dimuat Reuters pada Selasa, 14 Juli 2025.


Penyelidikan ini menjadi pukulan telak bagi Paetongtarn, perdana menteri termuda Thailand dalam sejarah modern, yang baru menjabat selama 10 bulan sebelum diskors oleh Mahkamah Konstitusi awal bulan ini. 

Skandal bermula dari rekaman panggilan telepon tertanggal 15 Juni, di mana Paetongtarn tampak bersikap tunduk kepada Hun Sen dan mengkritik seorang jenderal militer Thailand. 

Tindakan itu dianggap melemahkan integritas dan kedaulatan nasional, terlebih saat hubungan bilateral Thailand-Kamboja tengah memanas karena sengketa perbatasan.

Pernyataan kontroversial tersebut memicu aksi protes dan seruan pengunduran diri dari berbagai kalangan. Tekanan politik semakin besar setelah partainya keluar dari koalisi pemerintahan, menyebabkan pemerintahannya kehilangan dukungan mayoritas yang stabil.

Keluhan resmi diajukan oleh 36 senator, yang juga menyerahkan petisi ke Mahkamah Konstitusi untuk mengadili Paetongtarn atas dugaan pelanggaran standar etika dan penyalahgunaan kekuasaan. 

Sebagai tanggapan, Mahkamah memutuskan untuk menangguhkan sementara tugasnya hingga keputusan final dijatuhkan.

Di tengah krisis ini, Sekretaris Jenderal NACC, Sarote Phuengrampan, mengaku tidak mengetahui secara langsung keputusan komisioner terkait dimulainya penyelidikan. 

Namun sejumlah media lokal pada hari Senin, 14 Juli 2025 melaporkan bahwa penyelidikan telah disetujui dan mulai dilakukan.

Dalam pernyataan publik sebelumnya, Paetongtarn menyampaikan permintaan maaf atas isi panggilan tersebut, seraya membela diri bahwa ia berupaya meredakan ketegangan dan mencari solusi damai terkait eskalasi militer dengan Kamboja di wilayah perbatasan.

“Sebagai pemimpin, saya bertanggung jawab mencari cara untuk mencegah konflik terbuka yang bisa merugikan rakyat kedua negara,” ujar Paetongtarn dalam sebuah konferensi pers setelah skandal itu mencuat.

Kisruh ini kembali menyoroti dinamika politik Thailand yang sarat ketegangan antara keluarga Shinawatra, dinasti politik yang mendominasi pemilu dalam dua dekade terakhir, dan elite konservatif yang didukung militer. 

Rivalitas ini telah menyebabkan dua kudeta militer dan pembubaran beberapa partai politik melalui jalur hukum.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya