Presiden Iran, Mahmoud Pezeshkian/Net
Pemerintah Iran menuduh Israel melakukan upaya pembunuhan terhadap Presiden Iran Masoud Pezeshkian selama serangan militer terbaru di bulan Juni 2025.
Klaim tersebut disampaikan oleh salah satu penasihat utama presiden, Sayyed Mehdi Tabatabaei, dalam wawancara eksklusif dengan media Al Mayadeen pada Kamis waktu setempat, 10 Juli 2025.
Menurut Tabatabaei, Israel menargetkan pertemuan penting antara para pemimpin politik dan militer Iran, termasuk Presiden Pezeshkian, dengan serangan besar-besaran.
Serangan itu terjadi pada fase paling intens dari agresi militer Israel terhadap Iran.
“Rezim pendudukan Israel mencoba membunuh Presiden Pezeshkian dalam sebuah ledakan besar saat menghadiri pertemuan militer tingkat tinggi,” ujar Tabatabaei.
“Itu adalah serangan yang jelas ditujukan pada kepemimpinan tertinggi kami,” tegasnya lagi.
Dalam aspek diplomasi, Tabatabaei menyampaikan sikap tegas Iran yang menolak kembali ke meja perundingan jika forum tersebut kembali dijadikan sebagai alat manipulatif oleh pihak Barat.
“Kami tidak akan berpartisipasi dalam negosiasi yang bertujuan melemahkan hak sah Iran,” tegasnya, merujuk pada kemampuan rudal dan program pengayaan nuklir Iran sebagai hak yang tak terbantahkan.
Tabatabaei juga menuduh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) bersikap tidak profesional dan penuh standar ganda.
“Kami tidak mempercayai Rafael Grossi. IAEA mengabaikan fakta dan bersikap diskriminatif terhadap program nuklir damai Iran,” kata dia.
Presiden Pezeshkian sendiri, dalam wawancara sebelumnya dengan jurnalis Amerika Tucker Carlson, mengonfirmasi bahwa dirinya memang menjadi target dalam serangan Israel di Iran pada bulan Juni.
Dalam panggilan telepon dengan Presiden Dewan Eropa Antonio Costa pada Rabu malam, 9 Juli 2025, Pezeshkian menyampaikan bahwa kerja sama Iran dengan IAEA hanya akan dilanjutkan jika badan tersebut meninggalkan standar ganda.
“Kami punya sejarah kerja sama yang berprinsip. Tapi kalau diskriminasi ini terus berlanjut, kami tidak akan segan membalas setiap tindakan permusuhan dengan lebih kuat,” tegas Pezeshkian.
“Perilaku sembrono Israel merupakan sumber ketidakamanan global. Iran justru berkomitmen pada stabilitas dan dialog regional,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Parlemen Iran Mohammad Bagher Ghalibaf menyatakan bahwa pengayaan uranium adalah bagian dari identitas nasional Iran yang tidak dapat dihentikan oleh intimidasi atau kekerasan.
“Pengayaan adalah bagian dari budaya nasional kami. Ancaman atau pembunuhan tidak akan menghapus tekad rakyat Iran,” tegas Ghalibaf.
Ia juga menegaskan bahwa kemampuan rudal Iran adalah garis merah yang tidak untuk dinegosiasikan.