Berita

Ilustrasi/Ist

Dunia

Pandangan SBY:

Two State Solution Israel-Palestina Masih Realistis Buat Perdamaian, Tapi....

SELASA, 17 JUNI 2025 | 04:19 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menilai solusi dua negara (two-state solution) antara Israel dan Palestina masih merupakan opsi paling realistis untuk mencapai perdamaian. 

Namun, SBY juga mengakui bahwa peluang terwujudnya solusi tersebut kini semakin menjauh akibat perpecahan internal dan perbedaan pandangan ekstrem di kedua belah pihak.

“Ini isu penting. Saya berharap juga saudara-saudara kita di tanah air memahami inti permasalahan di Palestina. Mengapa tidak segera terwujud berdirinya Palestina sebagai negara merdeka dan berdaulat? Karena ada sesuatu yang fundamental, yang terus terang sangat mengganggu untuk hadirnya Palestina merdeka,” ujar SBY dalam acara bertajuk “Spesial Interview SBY: Konflik Iran-Israel, Ancaman Global, dan Harapan Perdamaian” dikutip Senin malam 16 Juni 2025. 


Ia mengungkapkan bahwa selama menjabat sebagai presiden dalam satu dekade, dirinya aktif mendorong penyelesaian konflik Israel-Palestina melalui berbagai forum internasional.

“Tapi yang jelas, selama 10 tahun saya memimpin Indonesia dulu, saya berdiplomasi habis-habisan. Di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), di Forum Organisasi Kerjasama Islam (OKI), di Forum G20, dan lembaga-lembaga kerja sama internasional yang lain untuk tolonglah ini Timur Tengah akan segera teduh dan damai kalau mother of all problems itu bisa diselesaikan, yaitu konflik Israel-Palestina,” jelasnya. 

Menurut SBY, solusi dua negara yang memungkinkan Palestina dan Israel hidup berdampingan secara damai adalah pendekatan yang paling masuk akal.

“Dengan berdasarkan prinsip-prinsip konsep solusi dua negara. Negara Palestina merdeka, berdaulat, hidup berdampingan secara damai dengan Israel. Yang paling realistik sebetulnya itu,” ucapnya. 

Namun kenyataannya, lanjut SBY, upaya tersebut belum membuahkan hasil apa pun. Bahkan, arah perkembangan politik menunjukkan kecenderungan menjauhnya harapan untuk mencapai two-state solution.

“Tetapi saya harus jujur, itu belum membuahkan hasil apapun, bahkan ada kecenderungan makin menjauh dari terwujudnya dua negara yang hidup berdampingan secara damai tadi, yaitu two state solutions. Mengapa? Di pihak Palestina dan di pihak Israel, ada yang tidak mau solusi dua negara, meskipun ada juga yang mau. Negara-negara lain di luar Palestina dan Israel, sama,” ungkapnya. 

SBY juga mengkritisi pandangan ekstrem dari pihak-pihak yang hanya menginginkan satu negara tanpa kehadiran pihak lain.

“Nah ketika bicara hanya satu negara, ini beda-beda bagi Hamas misalnya, bagi Hizbullah, bagi Iran, yang negaranya hanya ada Palestina. Israel harus dibuang, entah ke mana. Bagi Israel dan sejumlah negara, sama, satu negara. Tapi negaranya hanya Israel, tidak ada Palestina,” tuturnya.

Menurut mantan Kasospol ABRI itu, perbedaan visi ini semakin rumit karena adanya konflik politik internal di masing-masing pihak.

“Nah dari perbedaan penglihatan itu diperparah lagi pada politik dalam negeri masing-masing. Palestina, selama Fatah dan Hamas tidak bersatu, untuk penyelesaian konflik yang berkepanjangan ini, ya tidak akan terwujud two state solution. Ada garis keras-keras, belum tentu buruk ya, yang keras tidak pernah mau kita, ada negara Israel,” urainya.

“Tidak ketemu misalkan di internal Palestina, tidak akan ada solusi. Israel juga begitu. Ada yang tidak bergaris keras, Netanyahu menurut saya juga keras. Mungkin dia tidak mau, ada negara Palestina,” sambung SBY. 

SBY menyebut situasi tersebut sebagai pengunci kebuntuan yang membuat solusi damai tidak kunjung tercapai. Namun, ia tidak menutup kemungkinan adanya pendekatan lain jika two-state solution terus menemui jalan buntu.

“Nah inilah sebetulnya yang mengunci, yang bikin kandas. Nah kalau ditanya apa ada alternatif lain, apa ada opsi lain, saya oleh Tuhan dikasih kesempatan untuk menangani berbagai konflik di dalam negeri maupun di luar negeri,” kata SBY. 

Ia lantas mencontohkan pendekatan damai yang ia lakukan dalam menyelesaikan konflik di Aceh, yang sebelumnya berlangsung selama puluhan tahun.

“Saya pernah menjadi peacekeeper di Bosnia misalnya. Saya pernah melerai konflik di antara dua negara di ASEAN, termasuk di dalam negeri,” urainya. 

“Kalau opsi yang satu tidak jalan, contohnya menyelesaikan masalah Aceh. 30 tahun dengan operasi militer tidak jalan. Saya sebagai presiden tidak bisa begini. There must be another solution. Thinking outside the box. Sampailah saya didukung Pak JK mencari solusi damai untuk Aceh. Dengan kerangka yang kita pikirkan. Dengan take and give yang juga kita tawarkan. Alhamdulillah secara mencatat konflik yang sudah berlangsung 30 tahun akhirnya bisa diselesaikan secara damai, secara lebih beradab dan secara adil,” demikian SBY.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya