Iran mengklaim telah mendapatkan ribuan dokumen sensitif milik Israel, termasuk informasi yang berkaitan dengan rencana dan fasilitas nuklir mereka.
Mengutip PressTV, stasiun televisi yang dikelola pemerintah Iran pada Selasa, 10 Juni 2025, operasi intelijen ini telah dilakukan beberapa waktu lalu, namun pengumuman baru disampaikan sekarang karena alasan keamanan dalam proses pemindahan dokumen ke dalam negeri.
"Meskipun operasi untuk mendapatkan dokumen tersebut telah dilakukan beberapa waktu lalu, banyaknya bahan dan kebutuhan untuk mengangkutnya dengan aman ke Iran mengharuskan penghentian berita untuk memastikan dokumen tersebut mencapai lokasi yang dilindungi," ungkap PressTV, mengutip sumber anonim yang disebut mengetahui operasi tersebut.
Sumber itu juga menyebutkan bahwa volume dokumen yang diperoleh sangat besar sehingga proses peninjauan, termasuk analisis gambar dan video yang menyertainya, memakan waktu yang signifikan.
"Jumlah dokumen sangat banyak sehingga meninjaunya saja sudah membutuhkan waktu lama," lanjut laporan PressTV.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Israel. Belum diketahui pula apakah klaim Iran ini berkaitan dengan laporan peretasan pusat penelitian nuklir Israel yang terjadi tahun lalu, atau apakah ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan tekanan diplomatik terhadap Tel Aviv di saat isu nuklir kembali menghangat.
Sebagai catatan, pada tahun 2018, Israel pernah melakukan operasi serupa. Saat itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa Mossad berhasil menyita "arsip besar" terkait program nuklir Iran, yang menurutnya membuktikan bahwa Teheran menyembunyikan aktivitas penting dari dunia internasional.
Di sisi lain, hubungan antara Iran dan Amerika Serikat juga tetap berada dalam bayang-bayang konflik nuklir. Presiden AS saat itu, Donald Trump, pernah mengancam akan menyerang Iran jika tidak ada kesepakatan terkait program nuklir.
Namun pada April lalu, Trump dilaporkan menahan rencana serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran untuk memberi ruang bagi negosiasi.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menegaskan bahwa pihaknya tidak akan tunduk pada tekanan internasional untuk menghentikan pengayaan uranium.
“Menghentikan pengayaan uranium adalah 100 persen bertentangan dengan kepentingan nasional kami,” ujar Khamenei dalam pidato pada Rabu lalu, menolak tuntutan utama AS dalam perundingan nuklir.
Klaim Iran ini berpotensi menambah dimensi baru dalam pertarungan informasi dan kontra-informasi antara dua musuh bebuyutan di Timur Tengah.
Jika bukti yang diklaim benar, maka ini menjadi pukulan telak bagi kredibilitas keamanan siber dan intelijen Israel, sekaligus memberi Iran pijakan diplomatik baru dalam menghadapi tekanan global atas ambisi nuklirnya.