Pancasila falsafah anak "negeri surgawi Indonesia"
Negeri bercita makmur adil sejahtera
Raga jiwaku di sini dilahirkan
Ibu pertiwi tersenyum
Kala di tahun 45
Kala di tahun 45
Negeri surgawi merdeka
Dari yakinku teguh
Hati ikhlasku kupenuh
Akan karuniamu tanah air merdeka
Dengan penderitaan, darah
Dengan tekad
Dengan cita jagad dunia
Bahkan...
Menembus petala langit
Menembus petala langit
Kesadaran itu tertulis
Dalam goresan konstitusi
Negeri ini merdeka
Merdeka! merdeka!
Adalah berkat rahmat Allah
Bukan karena jargon kebebasan semata
Bukan semata jargon liberty, fraternity, equality
Bukan... bukan..!
Jangan melupakan cita pahlawan nan mulia
Jangan lupakan sejarah
Jangan lupakan sejarah
Kata Bung Karno: "Jas Merah"
"Jangan sekali-kali melupakan sejarah"
Ujung jariku menuliskan huruf dan kata demi kata
Dalam denyut darah
Dalam ilham deburan samudra
Dalam pesona matahari yang memandikan keringat
Sepanjang hari
Dalam bulan purnama nan genit
Membuat pesona di negeri surga
Dalam senyum hijaunya daun dan kuningnya butir padi
Dalam dekapan, aduh...
eksotiknya dara-dara sepanjang jalur khatulistiwa
Sungguh indahnya negeri bermandi cahaya surya mentari
Selalu menyinari
Bhineka Tunggal Ika
Berukun 5 dari falsafah yang menyatu dalam NKRI
Berketuhanan Maha Esa
Berperikemanusiaan
Persatuan Indonesia
Aneka suku dari "seribu pulau"
Aneka bahasa dari seribu budi pekerti
Akhlak mulia dari Ilahi Robi
Aneka budaya dari cita rasa dan karsa
Aneka agama dari kehendak Sang Maha Kuasa
Aneka tumbuhan, hewan tanah khatulistiwa
Mengundang detak jantung wangsa wangsa dunia
Pelancong, pencuri, penjajah, pedagang
Sampai peneliti, provokator, teroris dan..
Penyelusup datang ke negeri ini
"Negeri Surgawi"
Nusantara, Atlantis!
Atlas dan Tis
Tanah dan Air
Mereka, ya... mereka ini bertopeng
Mengambil satu demi satu
Dua demi dua
Tiga demi tiga...
Merampas, merampok, menikung, dan memecah belah
Dalam perjalanan waktu
Tangan-tangan penjajah
Sang durjana
Membuat anak negeri surga
Mudah hilang ingatan
Mudah lupa dan rendah diri
Layu dan silau memandang globalisasi dunia
Yang gelap menyilaukan
Di tengah hilang ingatan dan lupa itu
Terpecah dan terkotaknya anak-anak Nusantara
Sesungguhnya
Gemuruh kesadaran pernah tumbuh dan selalu tumbuh
Dalam Kebangkitan Nasional
Dalam Sumpah Pemuda
Dalam Proklamasi
Dalam Reformasi
Serasa anak negeri hidup kembali
Menyatu dari Pulau We
sampai Merauke
Pulau Mianggas sampai Pulau Rote
Api kemerdakaan memancarkan generasi bunga bangsa
Menggeliat tak henti
Namun...
Telah merdekakah anak negeri surgawi di Nusantara ini?
Atau...
Falsafah Pancasila terbenam di lumpur-lumpur bobroknya perakus negara
dan jelaga globalisasi yang kini telah "menyilaukan mata hati"
Anak negeri telah terasing dari anugerah Sang Maha Kuasa Rab insani
Hari ini
Kita belum cukup mensyukuri
Makna Pancasila di Negeri Surgawi
Kampus Perjuangan UNAS
13/9/2013
Dikutip dari buku "Penyintas Merah Putih Hijau Hitam: Firdaus Syam 99 Antologi Puisi" halaman 322-326