Berita

Ilustrasi/RMOL

Bisnis

Terpukul Tarif AS, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Eropa Anjlok

SELASA, 20 MEI 2025 | 08:44 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Tingginya tarif AS dan ketidakpastian ekonomi memaksa Komisi Eropa memangkas prospek pertumbuhan ekonomi Uni Eropa (UE).

Dalam laporan Prakiraan Ekonomi Musim Semi 2025 yang dirilis Senin, 19 Mei 2025, komisi memotong proyeksi pertumbuhan ekonomi riil untuk 27 negara anggota UE menjadi 1,1 persen di tahun 2025 dan 1,5 persen di tahun 2026. Angka ini turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,5 persen dan 1,8 persen dalam laporan musim gugur 2024.

"Penurunan ini cukup signifikan dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya, terutama karena dampak tarif tinggi dan ketidakpastian akibat perubahan mendadak kebijakan perdagangan AS," tulis laporan itu, dikutip dari EU News.


Untuk kawasan Euro—yang terdiri dari 20 negara pengguna mata uang euro—pertumbuhan ekonomi diprediksi hanya 0,9 persen di tahun 2025 dan 1,4 persen di tahun 2026, juga lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.

Namun ada kabar baik soal inflasi. Komisi memperkirakan inflasi di kawasan Euro akan mencapai target 2 persen dari Bank Sentral Eropa pada pertengahan 2025, lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Inflasi umum diperkirakan turun dari 2,4 persen pada 2024 menjadi 1,7 persen pada 2026.

Penurunan inflasi ini, menurut Komisi, dipicu oleh berkurangnya tekanan dari ketegangan perdagangan, yang lebih besar dampaknya dibanding kenaikan harga pangan dan permintaan jangka pendek.

Sementara itu, ekspor Uni Eropa diperkirakan hanya tumbuh 0,7 persen tahun ini. Bahkan, ekspor barang diperkirakan kembali turun karena lesunya ekonomi global, penurunan perdagangan dunia, daya saing yang menurun, dan ketidakpastian perdagangan yang makin besar.

Komisi juga memperingatkan bahwa risiko ke depan cenderung negatif. Jika ketegangan perdagangan global terus meningkat, pertumbuhan bisa makin melambat dan inflasi bisa kembali naik. Bencana alam akibat perubahan iklim juga menjadi ancaman berkelanjutan.

"Ketegangan perdagangan antara Uni Eropa dan AS bisa menekan ekonomi dan memicu inflasi lagi. Begitu juga konflik dagang AS dengan mitra dagang utama lainnya, itu bisa berdampak ke ekonomi Eropa," tulis laporan tersebut.

Laporan itu juga mengingatkan soal potensi gangguan di sektor keuangan nonbank yang bisa menyebar ke perbankan dan menghambat kredit.

Selain itu, jika inflasi di AS tetap tinggi, Federal Reserve bisa saja kembali menaikkan suku bunga. Ini bisa memperburuk kondisi keuangan global dan mengurangi permintaan dari luar negeri terhadap produk UE.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya