Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump/Net
Risiko terjerumusnya dunia ke jurang resesi ekonomi semakin besar.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berusaha mengubah sistem perdagangan global dengan memberlakukan tarif untuk semua barang impor ke AS. Akibatnya, pasar keuangan terguncang, nilai pasar saham dunia anjlok triliunan Dolar, dan kepercayaan investor terhadap aset-aset AS, termasuk mata uang Dolar, sebagai tempat investasi yang aman pun ikut menurun.
Meskipun Trump sempat menunda penerapan tarif yang paling berat terhadap banyak mitra dagangnya, tarif umum sebesar 10 persen tetap diberlakukan, dan khusus untuk barang dari China – mitra dagang terbesar AS – tarifnya bahkan mencapai 145 persen.
"Saat ini saja perusahaan sudah kesulitan membuat rencana karena ketidakpastian tarif. Bayangkan harus merencanakan satu tahun atau bahkan lima tahun ke depan," kata James Rossiter, kepala strategi makro global di TD Securities, seperti dikutip dari
Reuters, Selasa 29 April 2025.
Karena ketidakpastian yang tinggi dan tarif impor yang mencapai rekor tertinggi dalam 100 tahun terakhir, banyak perusahaan dunia memilih untuk menurunkan atau bahkan menarik kembali proyeksi pendapatan mereka.
Dalam survei Reuters terhadap lebih dari 300 ekonom di seluruh dunia (1-28 April), tidak ada satu pun yang menilai tarif ini berdampak positif pada dunia usaha. Sebanyak 92 persen menyebut dampaknya negatif, dan hanya 8 persen yang menganggap netral — mayoritas berasal dari India dan negara berkembang lainnya.
Tiga dari empat ekonom menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 mereka, dengan median turun dari 3,0 persen (survei Januari) menjadi 2,7 persen. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan sedikit lebih tinggi, yaitu 2,8 persen.
Dari 48 negara yang disurvei, 28 negara mengalami penurunan proyeksi pertumbuhan. Untuk 10 negara, prediksi tidak berubah, dan untuk 10 lainnya - termasuk Argentina dan Spanyol - ada sedikit kenaikan karena faktor domestik.
China dan Rusia diperkirakan tetap tumbuh masing-masing sebesar 4,5 persen dan 1,7 persen, lebih tinggi dibandingkan AS, dan angka ini tidak berubah dibandingkan kuartal lalu.
Namun, proyeksi pertumbuhan ekonomi Meksiko dan Kanada mengalami penurunan besar, masing-masing menjadi 0,2 persen dan 1,2 persen.
Tren pelemahan ini juga diprediksi berlanjut hingga 2026, menunjukkan bahwa dampak kebijakan tarif Trump cukup dalam dan sulit untuk segera diperbaiki.
Timothy Graf, kepala strategi makro di State Street untuk kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika, mengatakan bahwa saat ini sangat sulit untuk optimis soal pertumbuhan ekonomi.
"Bahkan jika tarif dihapus hari ini, kepercayaan terhadap AS sebagai mitra yang dapat diandalkan dalam berbagai perjanjian tetap sudah terlanjur rusak," ujarnya.