ASEAN tetap menjadi mitra dagang utama China, dengan total nilai perdagangan mencapai 1,71 triliun Yuan (sekitar Rp3.762 triliun) pada kuartal pertama 2025.
Angka ini naik 7,1 persen dibandingkan tahun lalu dan mencakup 16,6 persen dari total perdagangan luar negeri China.
Hal ini disampaikan oleh juru bicara Administrasi Umum Kepabeanan (GAC), Lu Daliang, dalam konferensi pers tentang hubungan dagang China-ASEAN pada Senin, 14 April 2025.
Lu menjelaskan bahwa 90,1 persen perdagangan antara China dan negara-negara ASEAN didominasi oleh produk manufaktur.
Ekspor utama China ke ASEAN antara lain panel layar datar, suku cadang mobil, dan baterai lithium, yang meningkat lebih dari 20 persen.
Di sisi lain, impor dari ASEAN juga menunjukkan pertumbuhan stabil, seperti komponen perangkat elektronik, sirkuit cetak, dan bahan baku tekstil.
"Pertumbuhan ini menunjukkan kuatnya keterkaitan antara industri di China dan ASEAN, yang mendukung perdagangan produk dari hulu ke hilir secara pesat," kata Lu, seperti dikutip dari
Global Times.Sejak 2017, ASEAN juga menjadi mitra dagang terbesar China dalam sektor pertanian selama delapan tahun berturut-turut.
Pada kuartal pertama 2025, China mengimpor produk pertanian senilai 52,65 miliar Yuan dari ASEAN (naik 13,8 persen) dan mengekspor sebesar 37,92 miliar Yuan (naik 1,4 persen).
"Produk pertanian dari kedua pihak saling melengkapi dan memenuhi kebutuhan pasar masing-masing," kata Lu.
Selain itu, penggunaan transportasi untuk perdagangan juga meningkat. Impor China dari ASEAN lewat jalur kereta tumbuh 37 persen, dan lewat jalan darat naik 23,2 persen.
Sejak kereta api China-Laos mulai beroperasi tiga tahun lalu, lebih dari 50.000 kereta barang telah beroperasi.
Koridor Darat-Laut Barat yang baru juga mempermudah perpindahan barang antara kapal dan kereta api, membuat proses logistik lebih cepat dan efisien.
Lu juga menyampaikan bahwa negosiasi untuk versi terbaru Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) China-ASEAN 3.0 telah selesai secara substansial.
"Ke depan, kerja sama akan diperluas ke bidang-bidang baru seperti ekonomi digital, ekonomi hijau, dan rantai pasok, serta memperkuat integrasi standar dan regulasi antar kedua pihak," ujarnya.