Berita

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati/RMOL

Bisnis

Sri Mulyani Makin Gelisah Hadapi Tarif Trump

KAMIS, 10 APRIL 2025 | 13:16 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Guru besar Ilmu Ekonomi Universitas Andalas Prof. Syafruddin Karimi menyebut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tengah gelisah melawan kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Menurutnya, Sri Mulyani gelisah terhadap realitas yang saat ini tengah dihadapi seluruh ekonomi dunia tak terkecuali Indonesia.

“Pernyataan Sri Mulyani yang menyebut bahwa ilmu ekonomi kini seperti tak lagi berguna mencerminkan kegelisahan mendalam terhadap realitas global yang kian menjauh dari asumsi rasionalitas, keterbukaan, dan efisiensi pasar yang menjadi fondasi teori ekonomi klasik dan neoklasik,” kata Prof. Syafruddin kepada wartawan, Kamis, 10 April 2025.


Ia mengatakan dalam konteks tekanan tarif Trump dan respons negara-negara berkembang seperti Indonesia, tampak bahwa mekanisme pasar bebas tak lagi menjadi pedoman utama, melainkan digantikan oleh kalkulasi kekuasaan, tekanan unilateral, dan strategi diplomatik agresif. 

“Model Sequential Bargaining Game pun menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi saat ini lebih menyerupai permainan kekuatan (power game) ketimbang persaingan pasar yang setara,” jelasnya.

Ia menambahkan dalam kondisi seperti ini, ilmu ekonomi yang kaku dan terlalu percaya pada “invisible hand” kehilangan relevansinya jika tidak dikombinasikan dengan analisis politik, strategi geopolitik, dan teori permainan. 

“Ketika tarif dijadikan senjata negosiasi, seperti yang dilakukan Trump, dan negara-negara berkembang dipaksa tunduk melalui konsesi sepihak, maka asumsi tentang perdagangan yang saling menguntungkan runtuh,” ujarnya.

Prof. Syarifuddin menilai bahwa Sri Mulyani sedang menegaskan bahwa ekonom harus bertransformasi dari teknokrat netral menjadi negosiator strategis yang mampu membaca arah kekuatan global dan merespons bukan hanya dengan data, tetapi dengan keberanian dan kecerdikan geopolitik. 

“Dalam dunia yang tidak lagi rasional, ilmu ekonomi hanya berguna jika mampu menyesuaikan diri dengan logika kekuasaan dan ketidakpastian,” tutupnya.

Dalam acara sarasehan ekonomi di Menara Mandiri, Selasa, 8 April 2025, Sri Mulyani menyebut kebijakan Trump sulit dipahami, bahkan ilmu ekonomi dari Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) tidak berguna.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya