Berita

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump

Dunia

Para Ahli Skeptis dengan Proyek Golden Dome Trump

MINGGU, 23 MARET 2025 | 10:13 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Pemerintahan Presiden Donald Trump tengah mengupayakan pengembangan sistem pertahanan "Golden Dome" atau "Kubah Emas" yang bertujuan untuk melindungi seluruh Amerika Serikat dari ancaman rudal jarak jauh. 

Namun, proyek ambisius ini menimbulkan banyak pertanyaan dari para ahli militer dan strategis.

Menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut, Gedung Putih telah memberi instruksi kepada pejabat militer bahwa tidak ada batasan anggaran untuk proyek ini. 


Golden Dome diklaim sebagai upaya untuk menciptakan sistem pertahanan yang mirip dengan "Iron Dome" milik Israel, tetapi dengan cakupan yang jauh lebih luas.

Trump telah lama menekankan kebutuhan Amerika Serikat untuk memiliki sistem pertahanan rudal canggih. Namun, banyak ahli mempertanyakan kelayakan teknis dan ekonominya. 

Sistem pertahanan rudal Iron Dome Israel dirancang untuk melindungi wilayah kecil dari ancaman rudal jarak pendek, sementara Golden Dome diusulkan untuk mencakup seluruh AS dari serangan rudal balistik antarbenua dan hipersonik.

Meskipun demikian, Trump telah mengeluarkan perintah eksekutif yang menginstruksikan Menteri Pertahanan Pete Hegseth untuk menyusun rencana pengembangan dan implementasi Golden Dome sebelum 28 Maret. 

Pejabat senior Pentagon menegaskan bahwa upaya sedang dilakukan untuk memenuhi perintah ini.

Namun, banyak pihak skeptis terhadap kemungkinan keberhasilan proyek ini. Laksamana Muda Pensiunan Mark Montgomery mengatakan bahwa meskipun pembuatan sistem pertahanan rudal balistik dapat dilakukan dalam waktu 7 hingga 10 tahun, sistem itu akan memiliki keterbatasan serius. 

"Semakin Anda ingin mendekati 100 persen efektivitas, semakin mahal biayanya," kata dia, seperti dimuat CNN pada Minggu, 23 Maret 2025.

Para pengamat juga mencatat potensi keuntungan besar bagi perusahaan senjata AS dari proyek ini. 

Lockheed Martin, misalnya, telah mulai mempromosikan keterlibatannya dalam Golden Dome. Badan Pertahanan Rudal AS juga telah menerima lebih dari 360 proposal dari perusahaan yang tertarik untuk membantu pengembangan sistem ini.

Namun, para ahli menekankan bahwa sistem pertahanan rudal berbasis ruang angkasa akan membutuhkan ribuan satelit dan pencegat, yang biayanya bisa sangat besar. 

John Tierney, mantan anggota Kongres dan kini Direktur Eksekutif Pusat Pengendalian Senjata & Non-Proliferasi, menyebut proyek ini sebagai "lelucon" dan "penipuan" yang akan menghabiskan miliaran dolar tanpa jaminan keberhasilan.

"Secara strategis, itu tidak masuk akal. Secara teknis, itu tidak masuk akal. Secara ekonomi, itu tidak masuk akal," ujar Tierney.

Selain itu, para ahli memperingatkan bahwa pengembangan sistem seperti Golden Dome dapat memicu reaksi dari negara-negara bersenjata nuklir seperti Rusia dan Tiongkok. 

Mereka dapat memperluas persenjataan rudal mereka untuk mengatasi sistem pertahanan AS, yang pada akhirnya dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam stabilitas global.

Sementara pemerintahan Trump terus mendorong proyek ini, banyak yang masih mempertanyakan apakah Golden Dome benar-benar dapat memberikan perlindungan atau justru akan menjadi proyek ambisius yang mahal dan sulit direalisasikan.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya