Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Suspensi Bursa Efek Indonesia Alarm Krisis Kepercayaan terhadap Pemerintah

SELASA, 18 MARET 2025 | 14:09 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Pembekuan sementara perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dinilai sebagai sinyal serius atas melemahnya kepercayaan investor terhadap pemerintah dalam mengelola perekonomian nasional.

Hal tersebut dikatakan pemerhati kebijakan publik, Paul Emes, setelah BEI menghentikan perdagangan saham menyusul merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 6 persen pada Selasa 18 Maret 2025 siang.

Ia menegaskan bahwa pasar modal bukan sekadar angka, tetapi juga mencerminkan stabilitas ekonomi, kredibilitas kebijakan, dan kepercayaan investor terhadap negara.


“Jika sampai terjadi suspensi di BEI, itu bukan sekadar gangguan teknis biasa. Suspensi bursa adalah alarm keras yang menandakan ada masalah serius dalam fundamental ekonomi dan tata kelola negara,” kata Emes kepada RMOL.

Ia menjelaskan bahwa penghentian perdagangan saham umumnya terjadi akibat faktor ekstrem, seperti kepanikan investor yang menyebabkan indeks anjlok drastis, kebijakan ekonomi yang tidak kredibel, atau skandal korupsi besar yang mengguncang dunia usaha. 

Kondisi ini, menurutnya, menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap pemerintah berada dalam titik kritis.

Lebih lanjut, Emes mengkritik respons pemerintah yang dinilainya belum cukup meyakinkan pasar. Ia menegaskan bahwa retorika politik saja tidak akan cukup untuk menenangkan investor, karena investor lebih mempertimbangkan data dan regulasi yang diterapkan.

“Jika respons pemerintah terhadap krisis ini tidak tepat atau malah semakin menciptakan ketidakpastian, bukan tidak mungkin pasar akan semakin kehilangan kepercayaan, yang pada akhirnya akan memperparah situasi ekonomi secara keseluruhan,” tuturnya.

Hingga kini, otoritas terkait belum memberikan pernyataan resmi mengenai penyebab utama suspensi perdagangan di BEI. Namun, Emes mengingatkan bahwa pasar modal merupakan ujian nyata bagi tata kelola negara.

“Pasar modal adalah ujian nyata bagi tata kelola negara. Jika bursa sampai harus disuspensi, itu bukan sekadar angka merah di layar perdagangan  itu adalah tanda bahwa negara ini sedang kehilangan kredibilitas di mata dunia usaha dan investor,” tuturnya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya