Berita

Pengamat politik Rocky Gerung/Istimewa

Politik

Kemenkeu Belum Rilis APBN 2025, Rocky Gerung: Ada Data yang Disembunyikan?

SELASA, 11 MARET 2025 | 06:45 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Meski tahun 2025 telah memasuki bulan ketiga atau Maret, namun Kementerian Keuangan belum juga merilis penggunaan APBN. Padahal biasanya setiap bulan Kemenkeu selalu merilisnya. Hal ini memancing pertanyaan publik, apa alasan penundaan laporan Kemenkeu.

"Ini seperti keluarga melaporkan soal dapurnya masih berasap atau tidak. Tapi ketika hal rutin itu tertunda orang pun bertanya-tanya," ujar pengamat politik Rocky Gerung dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, dikutip Selasa, 11 Maret 2025.

"Mengapa itu ditunda, itu yang jadi pertanyaan yang kadangkala menyulut pertanyaan berikutnya. Apakah pemerintah menyembunyikan data? Apakah memang ekonomi kita panas sehingga kalau dipamerkan data itu, reaksi pasar internasional juga akan menyebabkan negatif impression pada pemerintah makin buruk? Karena itu adalah hak publik untuk mengetahui bagaimana keadaan dapur negara," paparnya.


Rocky melanjutkan, kalau melihat data Indef yang sudah dipublikasikan memang terlihat bahwa proyeksi ekonomi Indonesia sulit mencapai 8 persen seperti yang ditargetkan Presiden Prabowo Subianto hingga 2029. Di mana data tersebut memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 5 persen dalam dua tahun ke depan.

"Artinya itu stagnan juga karena jauh di bawah yang diinginkan yaitu 8 persen. Orang memang bilang itu di atas rata-rata dunia, Jepang bahkan tumbuh hanya 1 persen, sehingga ekonomi Indonesia dianggap baik-baik saja. Tapi angka pertumbuhan (ekonomi) bukan angka yang jadi ukuran stabilitas politik," jelas mantan Dosen Filsafat di Universitas Indonesia ini.

Menurut Rocky, yang jadi ukuran stabilitas politik adalah angka disparitas di dalam angka pertumbuhan ekonomi. Kalau angka pertumbuhan tinggi tapi yang menikmati hanya kelas elite ke atas, itu petunjuk pertama bahwa ada pertumbuhan tapi dengan disparitas yang tinggi.

Itu cara kita membaca stabilitas politik, kata Rocky.

"Apalagi kalau sektor yang sebetulnya menjadi penopang buffer dari ekonomi, yaitu konsumsi, dan itu dilekatkan dengan kelas menengah. Di dalam data mutakhir tentang Indonesia justru kelas menengahnya turun kelas, maka itu artinya ada semacam harga diri yang jatuh dari kelas menengah ini," tuturnya.

"Kalau kelas bawah kan masih ada BLT segala macam, kelas atas pasti gross-nya itu mengikuti prinsip akumulasi. Tapi kelas menengah ini yang harus dihitung sebagai faktor yang rentan untuk menghasilkan sebut saja kerusuhan politik atau gempa bumi politik," tegas Rocky.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya