Ketidakpastian ekonomi global diperkirakan akan meningkat dalam empat tahun ke depan akibat kebijakan yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Dampak dari kebijakan tersebut juga berpotensi memengaruhi Indonesia, khususnya dalam aspek perdagangan dan nilai tukar (kurs).
Direktur Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI), Triwahyono, mengatakan ketidakpastian ini bak rollercoaster, akibat dinamika kebijakan perdagangan AS. Salah satu faktor utama adalah perubahan sikap Trump terhadap tarif perdagangan dengan negara mitra seperti Kanada, Meksiko, dan China.
"Kita akan berada kayak di
rollercoaster. Ketika Trump sudah memulai (menjabat) itu memang yang terjadi terlalu banyak, kita sebelumnya sudah ekspektasi bahwa tarif dengan Kanada, Meksiko dan China akan benar-benar diimplementasikan di Maret, tapi tiba-tiba kemarin berubah lagi," kata Tri dalam taklimat media dikutip pada Sabtu 8 Maret 2025.
Ia menambahkan bahwa kebijakan AS, termasuk sikap Trump terhadap konflik Ukraina dan hubungannya dengan Rusia juga akan menjadi faktor utama yang mengguncang perekonomian global.
"Sesuatu yang akan kita hadapi mungkin empat tahun ke depan, memang kita akan diombang-ambing dengan kebijakan yang akan diambil salah satunya oleh Trump, terkait juga dengan sikap dia dengan Ukraina, dan terkait juga dengan sikap dia dengan Rusia dan sebagainya," ujarnya.
Dampaknya, kata Tri tidak hanya dirasakan di pasar perdagangan, tetapi juga pada nilai tukar mata uang di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Sebelumnya, nilai tukar Rupiah sempat tertekan hingga menyentuh Rp16.600 per Dolar AS akibat penguatan mata uang AS di pasar global.