Berita

Ilustrasi/Ist

Publika

Habis Gelap Terbitlah Terang

JUMAT, 07 MARET 2025 | 04:14 WIB | OLEH: JIMMY H SIAHAAN

HABIS gelap terbitlah terang adalah ungkapan yang artinya setiap kesulitan akan berakhir dan akan berganti dengan kemudahan. Ungkapan ini juga dapat diartikan sebagai di balik kesulitan akan selalu ada kemudahan. 

Ronggowarsito hidup pada masa penjajahan Belanda. Ia menyaksikan sendiri bagaimana penderitaan rakyat Jawa, terutama ketika program Tanam Paksa dijalankan pasca Perang Diponegoro. Dalam suasana serba memprihatinkan itu, Ranggawarsita meramalkan datangnya kemerdekaan, yaitu kelak pada tahun Wiku Sapta Ngesthi Janma.

Kalimat yang terdiri atas empat kata tersebut terdapat dalam Serat Jaka Lodhang, dan merupakan kalimat Suryasengkala yang jika ditafsirkan akan diperoleh angka 7-7-8-1. Pembacaan Suryasengkala adalah dibalik dari belakang ke depan, yaitu 1877 Saka, yang bertepatan dengan 1945 Masehi, yaitu tahun kemerdekan Republik Indonesia.

Dalam masa kerajaan Hindu. Setelah Kaliyuga berakhir, dimulailah Satyayuga yang baru. Perubahan zaman dari Satyayuga (zaman keemasan) menuju Kaliyuga (zaman kegelapan) merupakan kenyataan bahwa ajaran kebenaran dan kesadaran sebagai umat beragama lambat laun akan berkurang, seiring bertambahnya umat manusia dan perubahan zaman.

Pada zaman Kaliyuga, dipercaya bahwa: moralitas manusia akan merosot. Kekerasan, kepalsuan, dan tindak kejahatan akan menjadi hal biasa.Gairah dan nafsu akan menjadi hal yang memuaskan hati. Kebohongan akan digunakan untuk mencari nafkah.

Orang-orang berdosa akan bertambah berlipat-lipat. Kebajikan akan meredup dan berhenti berkembang. Umur manusia rata-rata akan kurang dari 100 tahun. Setelah zaman Kaliyuga berakhir, dimulailah zaman keemasan yang baru, yaitu Satyayuga.

Perjalanan dari waktu ke waktu selalu ada perubahan. Dari masa gelap dan sulit ke masa terang dan sukses.

Paradoks kakek adalah paradoks logika yang muncul ketika seseorang melakukan perjalanan waktu ke masa lalu dan mengubah masa lalunya. Paradoks ini juga dikenal sebagai paradoks konsistensi. 

Paradoks kakek didasarkan pada gagasan bahwa seseorang dapat membunuh kakeknya sendiri sebelum kakeknya memiliki anak. 

Akibatnya, kelahiran penjelajah waktu tersebut menjadi mustahil. 
Namun, jika penjelajah waktu tidak dilahirkan, maka tidak mungkin baginya untuk membunuh kakeknya. 

Oleh karena itu, kakek tetap hidup dan penjelajah waktu ada. Paradoks kakek menunjukkan bahwa mengubah masa lalu dapat menciptakan kontradiksi. 

Contoh dalam fiksi

Konsep paradoks kakek telah dieksplorasi dalam literatur dan film, seperti dalam film Back to the Future. 

Paradoks kakek juga dijelaskan oleh penulis fiksi ilmiah Nathaniel Schachner dalam cerita pendeknya Ancestral Voices. 

Paradoks kakek merupakan salah satu contoh paradoks temporal, yaitu paradoks yang melibatkan waktu.

Back to the Future adalah film komedi petualangan fiksi ilmiah Amerika Serikat yang pertama dalam waralaba Back to the Future, dirilis pada tahun 1985. Film ini disutradarai oleh Robert Zemeckis, dengan Michael J. Fox, Christopher Lloyd, Lea Thompson, dan Crispin Glover sebagai pemeran utama. 

Film ini menceritakan kisah Marty McFly, seorang remaja yang tidak sengaja melakukan perjalanan waktu dari tahun 1985 ke 1955. Dia bertemu orang tuanya di sekolah dan akhirnya dicintai oleh ibunya. Marty harus memperbaiki kerusakan sejarah dengan membuat orang tuanya untuk jatuh cinta, dan menemukan cara untuk kembali ke tahun 1985 dengan bantuan ilmuwan Doktor Emmett "Doc" Brown.

Penonton kelahiran 80-an hingga setelahnya tentunya masih ingat dengan film Back to the Future karya Robert Zemeckis. Film tersebut berhasil menjadi salah satu tayangan ikonik di eranya dan menginspirasi banyak film-film hingga serial sejenis setelahnya sampai saat ini.

Ada dua pria yang menjadi karakter utama di film tersebut yakni Michael J Fox (sebagai Marty McFly) dan Christopher Lloyd (Emmett 'Doc' Brown). Aksi seorang remaja dan profesor nyentrik tersebut berhasil membuat banyak orang jatuh hati kepadanya.

Hal ini dibuktikan dengan kejadian di New York Comic Con baru-baru ini. Sebuah video yang menampilkan kedua aktor tersebut viral dan membuat banyak netizen menangis haru. Pada momen tersebut Michael J Fox tampak dirangkul oleh Christopher Lloyd saat keduanya naik ke atas panggung.

Hal yang sama dengan apa yang kerap dilakukan keduanya di dalam film di mana mereka saling mendukung satu sama lain. Rata-rata dari para netizen terbawa nostalgia kala menyaksikan film yang rilis pada 1985 lalu.

"Melihat (Michael J Fox) memeluk Christopher Lloyd seperti ini sungguh indah. Ku pikir itu sah jika dikatakan bahwa hari ini memang khusus untuk Michael J Fox dan Christopher Lloyd. Seperti seharusnya...Itu adalah momen indah di saat yang tepat," tulis sang aktor. Bulan Januari lalu Michael J Fox menerima Medali Freedom dari Presiden Biden.

Paradok Kakek dan kisah Back To Future adalah Pprjalanan dari waktu ke waktu mengalami perubahan.  

Waktu yang mundur dari 1985-1955, pada akhirnya harus berakhir untuk kembali kepada kenyataan yang sesungguhnya. Kisah ini terpecahkan oleh peran sang Professor.

Habis gelap terbitlah terang, adalah kisah perjuangan kehidupan sesungguhnya. Apakah kita mau mundur ketiga dasawarsa  sebagai bangsa? Saat itu ada sejarah Reformasi dan kini harus balik kembali sebagai "Back to Future".

*Penulis adalah eksponen 77/78

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

Tekuk Fiorentina 2-1, Napoli Tak Biarkan Inter Tenang

Senin, 10 Maret 2025 | 01:21

Polda Jateng Tegas Larang Petasan Sepanjang Ramadan

Senin, 10 Maret 2025 | 00:59

Kluivert Tiba di Jakarta Ditemani Mantan Pemain Man United

Senin, 10 Maret 2025 | 00:41

Cegah Bencana Seperti di Jabotabek, Menteri ATR/BPN Evaluasi Tata Ruang di Jatim

Senin, 10 Maret 2025 | 00:25

Asiang Versus JACCS MPM Finance, Peneliti IPD-LP Yakin Hakim MA Lebih Adil

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:58

Beri Bantuan untuk Korban Banjir di Candulan, Okta Kumala Dewi Berharap Ada Solusi Jangka Panjang

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:41

PSU Empat Lawang Diikuti Dua Paslon, Pencoblosan pada 19 April 2025

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:20

Update Banjir dan Longsor Sukabumi: 5 Orang Wafat, 4 Orang Hilang

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:44

Menanti Keberanian Kejagung Bongkar Biang Kerok Korupsi Migas

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:30

PTPN IV PalmCo Siapkan 23 Bus untuk Mudik di Sumatera dan Kalimantan

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:18

Selengkapnya