Pasar saham Amerika Serikat ditutup melemah setelah data inflasi lebih tinggi dari perkiraan.
Dikutip dari Reuters, indeks berbasis luas S&P 500 ditutup turun 0,27 persen atau 16,53 poin menjadi 6.051,97 pada penutupan perdagangan Rabu 12 Februari 2025 atau Kamis pagi WIB.
Dow Jones Industrial Average jatuh 0,50 persen atau 225,09 poin menjadi 44.368,56.
Nasdaq Composite Index naik tipis 0,03 persen atau 6,09 poin menjadi 19.649,95.
Dari 11 indeks S&P 500, sembilan mencatat pelemahan yang dipimpin sektor energi disusul sektor real estat.
Saham Nvidia dan Amazon merosot lebih dari 1 persen, dengan dua raksasa komputasi AI membebani S&P 500.
Indeks harga konsumen (CPI) Amerika meningkat pada Januari dengan kenaikan terbesar dalam hampir satu setengah tahun, memperkuat pesan the Fed bahwa mereka tidak terburu-buru untuk melanjutkan pemotongan suku bunga.
"Pasar mencerna bahwa the Fed mungkin tidak akan memangkas sama sekali. Itulah sebabnya pasar saham tersungkur," kata Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma.
Chairman Fed Jerome Powell hari ini menghadiri hari kedua kesaksiannya di hadapan Kongres. Kemarin, ia memastikan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga lagi.
Saat ini, pemerintahan Presiden AS Donald Trump sedang menyelesaikan rencana untuk tarif timbal balik (resiprokal) pada setiap negara yang mengenakan bea atas impor Amerika.
Volume di bursa Wall Street relatif ringan, dengan 14,8 miliar saham diperdagangkan, dibandingkan rata-rata 14,9 miliar saham selama 20 sesi sebelumnya.
Saham Boeing melesat 3,22 persen. Apple dan Coca-cola juga meraup untung lagi, masing-masing 1,83 persen dan 1,64 persen.