Dolar AS melemah pada perdagangan Selasa 11 Februari 2025 waktu setempat.
Melemahnya Dolar AS terhadap beberapa mata uang terjadi setelah Chairman Federal Reserve Jerome Powell, mengatakan bank sentral tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga jangka pendek.
Di hadapan Komite Perbankan Senat, Powell mengatakan bahwa pandangan tentang suku bunga mencerminkan ekonomi Amerika Serikat yang "secara keseluruhan kuat," dengan tingkat pengangguran rendah dan inflasi yang tetap di atas target 2 persen.
Komentar Powel dinilai bahwa ia berusaha untuk membuat situasi terkendali.
"Dia mencoba untuk bersikap sangat, sangat, sangat konservatif dalam komentarnya dan tidak menakut-takuti siapa pun," kata Helen Given, trader valas Monex USA, Washington, dikutip dari
Reuters.Pasar berjangka memperhitungkan penurunan suku bunga the Fed sebesar 36 basis poin pada akhir tahun, sedikit berubah dari sebelum komentar Powell, yang menyiratkan satu pemotongan 25 basis poin dan hanya sebagian kecil kemungkinan pemangkasan kedua.
Indeks Dolar AS (Indeks DXY), ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, terakhir turun 0,37 persen menjadi 107,96.
Ancaman tarif dari Presiden AS Donald Trump menyebabkan Uni Eropa bertindak.
Euro menguat 0,49 persen menjadi 1,0357 Dolar AS.
Dolar Kanada juga naik 0,14 persen versus Dolar AS menjadi 1,43.
Kanada, Brasil, Meksiko, Korea Selatan, dan Vietnam adalah penjual baja terbesar ke AS, menurut data American Iron and Steel Institute, sementara Kanada merupakan pemasok utama aluminium impor.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan Trump setuju untuk mempertimbangkan pembebasan Australia dari tarif baja dan aluminiumnya, dalam apa yang disebut Albanese sebagai percakapan telepon yang konstruktif dengan presiden AS itu.
Dolar Australia pun menguat 0,29 persen terhadap mata uang AS menjadi 0,6293 Dolar AS.
Yen Jepang turun 0,3 persen menjadi 152,45 per Dolar AS.