Berita

Bapak algoritma, al-Khawarizmi/AI

Publika

Hisab Kapitalisme

SABTU, 25 JANUARI 2025 | 12:45 WIB | OLEH: AHMADIE THAHA

SEANDAINYA al-Khawarizmi, bapak algoritma yang hidup di abad ke-9, bisa melintasi waktu dan menyaksikan bagaimana penemuannya digunakan untuk menopang kapitalisme demokrasi di abad ke-21, ia mungkin akan terkejut. Atau lebih tepatnya, terperangah —sambil mengelus janggutnya dengan rasa bingung.

Bagaimana tidak? Pria yang mengabdikan hidupnya pada ilmu pengetahuan, logika, dan keadilan matematis mungkin tidak pernah membayangkan bahwa algoritma yang ia kembangkan untuk memecahkan masalah aritmetika akan digunakan untuk menentukan iklan mana yang harus muncul di Facebook Anda atau kandidat mana yang seharusnya lebih sering Anda lihat di media sosial.

Bayangkan al-Khawarazmi, dengan pakaian khas Baghdad abad ke-9, duduk di sebuah kantor Meta, menyaksikan algoritma "ciptaannya" beraksi. Ia mungkin akan bertanya dengan nada kritis, “Tunggu, tunggu, ini bukan yang aku maksud ketika aku menulis Kitab al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wal-Muqabalah!

Algoritma ini dirancang untuk memecahkan masalah dunia nyata, bukan untuk menjejali orang dengan iklan sepatu yang sama berulang kali setelah mereka hanya melirik satu sepatu online!”

Bagi al-Khawarizmi, matematika adalah alat untuk mencapai harmoni dan keadilan, bukan sarana untuk mengeksploitasi kelemahan psikologis manusia demi keuntungan finansial.

Dalam perspektifnya, logika algoritmik adalah sesuatu yang murni, sebuah upaya untuk membantu manusia memahami dunia dan memecahkan masalah secara efisien.

Tapi di dunia modern, algoritmanya justru menjadi mesin pendorong kapitalisme yang menciptakan realitas virtual di mana kebenaran adalah apa yang paling menguntungkan.

Ia mungkin juga heran melihat bagaimana algoritma kini menentukan siapa yang layak mendengar berita, siapa yang menjadi sasaran kampanye politik, atau bahkan siapa yang diizinkan mendapatkan pinjaman bank. Baginya, semua ini mungkin terasa seperti pelanggaran terhadap prinsip etika keilmuan yang ia pegang teguh.

Melihat algoritmanya digunakan untuk memengaruhi hasil pemilu atau mendorong polarisasi politik, al-Khawarizmi mungkin akan bertanya-tanya: "Ini demokrasi atau komedi?

Jika algoritma menciptakan gelembung informasi, bagaimana orang bisa membuat keputusan yang rasional?"

Ia mungkin akan merasa bahwa algoritma, alih-alih menjadi alat pencerahan, telah menjadi instrumen kegelapan yang membatasi pandangan manusia.

Namun, al-Khawarizmi adalah seorang cendekiawan. Setelah rasa terkejutnya mereda, ia mungkin akan mencoba memahami bagaimana dunia modern bekerja.

Ia bisa jadi menyimpulkan bahwa meskipun algoritma telah disalahgunakan, masalah sebenarnya terletak pada orang-orang yang mengendalikannya. "Algoritma hanyalah alat," mungkin ia akan berkata. "Namun alat yang kuat di tangan yang salah bisa menjadi senjata penghancur."

Walhasil, al-Khawarazmi mungkin akan menyampaikan sebuah nasihat yang relevan untuk zaman kita: "Matematika tidak memihak, tetapi manusia selalu memiliki bias. Jangan salahkan angka ketika keserakahan merusak keadilan."

Sambil menggelengkan kepala, ia mungkin akan kembali ke Baghdad dan menulis sebuah buku baru: "Hisab Kapitalisme wa Demokrasi"—sebuah peringatan bagi generasi masa depan tentang bahaya menyalahgunakan ilmu pengetahuan untuk tujuan yang egois.

Dan, setelah semua itu, ia mungkin akan menyeru, "Sesungguhnya, aku tidak menciptakan algoritma untuk yang ini!"

Sambil melangkah keluar dari kantor Meta, ia mungkin akan menggumam, "Jika aku tahu algoritma ini akan berakhir di sini, aku mungkin akan berhenti di angka nol saja."

Penulis adalah Pemerhati Kebangsaan, Pengasuh Pondok Pesantren Tadabbur Al-Qur'an

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

Tekuk Fiorentina 2-1, Napoli Tak Biarkan Inter Tenang

Senin, 10 Maret 2025 | 01:21

Polda Jateng Tegas Larang Petasan Sepanjang Ramadan

Senin, 10 Maret 2025 | 00:59

Kluivert Tiba di Jakarta Ditemani Mantan Pemain Man United

Senin, 10 Maret 2025 | 00:41

Cegah Bencana Seperti di Jabotabek, Menteri ATR/BPN Evaluasi Tata Ruang di Jatim

Senin, 10 Maret 2025 | 00:25

Asiang Versus JACCS MPM Finance, Peneliti IPD-LP Yakin Hakim MA Lebih Adil

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:58

Beri Bantuan untuk Korban Banjir di Candulan, Okta Kumala Dewi Berharap Ada Solusi Jangka Panjang

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:41

PSU Empat Lawang Diikuti Dua Paslon, Pencoblosan pada 19 April 2025

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:20

Update Banjir dan Longsor Sukabumi: 5 Orang Wafat, 4 Orang Hilang

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:44

Menanti Keberanian Kejagung Bongkar Biang Kerok Korupsi Migas

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:30

PTPN IV PalmCo Siapkan 23 Bus untuk Mudik di Sumatera dan Kalimantan

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:18

Selengkapnya