Presiden Prabowo Subianto (Foto: AFP)
PROSPEK cerah belum juga muncul hingga sesi perdagangan pekan ketiga tahun 2025 berlanjut. Pelaku pasar terlihat masih jauh dari optimis hingga posisi indeks Dolar AS terus terangkat. Sentimen terkini datang dari Washington, di mana Donald Trump segera resmi dilantik sebagai Presiden AS.
Pelaku pasar kini mulai bersiap dengan gejolak besar di pasar uang dengan ekspektasi kebijakan Trump yang tersohor dengan kejutan. Namun belum juga sentimen pelantikan Trump dimulai, kabar miring datang dari India. Negeri yang terkenal dengan film Bollywood itu kini sedang berada dalam kerentanan sangat serius. Pelemahan nilai tukar mata uangnya, Rupee yang telah berulangkali mencetak titik terlemahnya sepanjang sejarah dalam beberapa pekan terakhir, kini semakin merisaukan.
Adalah kebijakan sanksi pemerintahan Joe Biden yang menghantam perusahaan perminyakan Rusia dan perkapalan tanker yang mengangkutnya. Sanksi tersebut bersiap memukul perekonomian India mengingat 40 persen impor minyak India bersumber dari Rusia. Melonjaknya harga minyak dunia dalam beberapa hari terakhir, salah satunya dikontribusi oleh kebijakan sanksi tersebut. Sementara India tercatat mengimpor hingga lebih dari 80 persen kebutuhan minyaknya atau sekitar 5,5 juta barel per hari, ditambah pelemahan Rupee yang berlanjut, kinerja perekonomian India kini dalam tantangan sangat serius.
Pola suram nilai tukar Rupee juga terkesan seiring dengan Rupiah dalam beberapa pekan terakhir. Sentimen berkuasanya kembali Trump di Gedung Putih masih menjadi motor utama pelemahan Rupiah. Agak beruntungnya, pelaku pasar di Jakarta mendapatkan suntikan sentimen positif dari domestik dalam membuka pekan ini, Senin 20 Januari 2025.
Kabar lain hasil survei oleh Litbang Kompas mengklaim tingkat kepuasan publik pada pemerintahan Prabowo Subianto yang sangat tinggi hingga 80,9 persen. Sentimen ini seakan mencoba meredam kekhawatiran investor pada sentimen Trump Jilid II.
Pantauan menunjukkan, kinerja Rupiah yang di sepanjang sesi hari ini cenderung konsisten menjejak zona sempit dengan kecenderungan melemah. Hingga ulasan ini disunting, Rupiah tercatat diperdagangkan di kisaran Rp16.355 per Dolar AS atau menguat sangat tipis 0,02 persen. Pantauan juga menunjukkan, kinerja Rupiah yang mencoba beralih menguat tipis usai pertengahan sesi sore seiring dengan tren penguatan moderat mata uang utama dunia. Sedang pada mata uang Asia, kecenderungan menjejak zona penguatan di rentang sangat sempit terus bertahan menjelang pelantikan Donald Trump.
Tinjauan juga menunjukkan Peso Filipina yang masih berada di zona merah, sementara Yuan China, Dolar Singapura, Dolar Hong Kong, Ringgit Malaysia, Baht Thailand dan Rupee India mampu bertahan di zona penguatan tipis.
Catatan RMOL memperlihatkan minimnya sentimen domestik yang tersedia di sepanjang sesi perdagangan pekan ini yang sekaligus mengindikasikan Rupiah akan semakin bergantung pada situasi pasar global.