Bank of Japan (BOJ) diperkirakan akan menaikkan suku bunga jangka pendek ke level tertinggi pada Jumat 24 Januari 2025.
Kenaikan ini akan membuat suku bunga Jepang ke level 0,5 persen, pertama sejak Juli lalu, yang menandai biaya pinjaman tertinggi sejak krisis keuangan 2008.
Seperti dikutip Reuters Senin 20 Januari 2025, suku bunga Jepang saat ini berada di level 0,25 persen dan ditargetkan secara bertahap mencapai 1 persen. Menurut para analis kenaikan tersebut tidak akan mendinginkan atau memanaskan ekonomi Jepang.
Dalam laporan prospek triwulanan, dewan juga diperkirakan akan menaikkan prakiraan harganya karena prospek yang berkembang bahwa kenaikan upah yang meluas akan membuat Jepang tetap berada di jalur yang tepat untuk mencapai target inflasi bank sebesar 2 persen.
Sinyal untuk kenaikan suku bunga ini telah diberikan melalui pernyataan Gubernur BOJ Kazuo Ueda pekan lalu. Upaya tersebut dilakukan karena inflasi disebut telah melampaui target BOJ sebesar 2 persen selama hampir tiga tahun dan Yen yang lemah membuat biaya impor tetap tinggi, sehingga Ueda diyakini akan terus menaikkan suku bunga.
Meski demikian, risiko eksternal tetap menjadi tantangan. Kebijakan Presiden Donald Trump yang belum pasti dapat memengaruhi pasar global, sementara ekonomi Jepang yang bergantung pada ekspor rentan terhadap fluktuasi tersebut. Selain itu, tantangan domestik, termasuk tekanan politik pada koalisi pemerintahan Perdana Menteri Shigeru Ishiba, menambah ketidakpastian.
BOJ juga harus mempertimbangkan pengalaman masa lalu, di mana kenaikan suku bunga yang terlalu cepat memicu kritik dan memperburuk kondisi ekonomi. Oleh karena itu, perhatian pasar kini tertuju pada langkah lanjutan yang akan diumumkan setelah keputusan ini.
"BOJ harus berhati-hati dan menjelaskan bahwa ini adalah bagian dari upaya normalisasi, bukan risiko baru bagi ekonomi," ujar Kepala Eksekutif DeepMacro, Jeffrey Young.