Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Sanksi AS Picu Lonjakan Harga Minyak, Hongaria Peringatkan Krisis Energi

SENIN, 13 JANUARI 2025 | 08:50 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pemerintah Hongaria berupaya mencari solusi bersama dengan mitra regionalnya untuk meminimalkan dampak dari kenaikan harga minyak akibat sanksi baru Amerika Serikat (AS) terhadap sektor energi Rusia.

Menteri Luar Negeri Hongaria, Peter Szijjarto, menegaskan bahwa sanksi terbaru AS membawa tantangan berat bagi kawasan Eropa Tengah.

"Paket sanksi ini kembali menimbulkan tantangan berat bagi Eropa Tengah," kata Szijjarto, seperti dikutip dari Reuters, Senin 13 Januari 2025.

"Persediaan minyak mentah yang lebih rendah akan meningkatkan permintaan bahan bakar olahan seperti bensin dan solar, sehingga meningkatkan risiko kenaikan harga yang sangat serius di wilayah tersebut," ujarnya.

Pada 10 Januari 2025, pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengumumkan sanksi luas yang menargetkan pendapatan minyak dan gas Rusia. Sanksi ini mencakup perusahaan energi besar Rusia seperti Gazprom Neft dan Surgutneftegas, serta 183 kapal yang terlibat dalam ekspor energi Rusia. 

Langkah ini bertujuan untuk mengurangi pendapatan Rusia dari ekspor energi, sebagai upaya menekan Moskow terkait konflik di Ukraina. 

Akibat pengumuman sanksi tersebut, harga minyak dunia mengalami kenaikan signifikan. Harga minyak mentah Brent, misalnya, naik 3,7 perssn menjadi 79,76 Dolar AS per barel, setelah sempat melewati 80 Dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Oktober 2024. Kenaikan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan minyak global akibat sanksi terhadap Rusia. 

Rusia mengecam sanksi baru AS ini, menyatakan bahwa langkah tersebut berisiko mengganggu stabilitas pasar global. Meskipun demikian, Rusia menegaskan akan melanjutkan proyek-proyek produksi minyak dan gasnya, serta tetap menjadi pemain kunci dan andal di pasar energi dunia. 

Situasi ini menambah tekanan pada negara-negara Eropa Tengah, termasuk Hongaria, yang sangat bergantung pada pasokan energi Rusia.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya