Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Jangan Ada Susu

SABTU, 11 JANUARI 2025 | 23:23 WIB | OLEH: ZENG WEI JIAN

MENU Makan Bergizi Gratis (MBG) engga kada susu. Jadi bahan bully haters. Infonya: suplai susu kurang. Enggak mau impor. Bagus. 

Pemerintah sebaiknya fokus standar menu. Bukan pada jumlah cakupan wilayah. Nasi & tumis 5 jenis sayur. Daging sapi, ayam, ikan, dan telur. Plus 2 macam buah. Anggaran kecil, kurangi wilayah nonprioritas. Bukan mengorbankan menu yang hanya jadi bahan ledekan haters

Pemerintah harus berani cari terobosan pendapatan. Jangan rakyat mulu dibebani pajak. Bukan Kasino. Pakai model Genting Highland. Legalisasi Ganja Medis. Sehingga ekspor cannabis oil & bahan mentahnya bisa digenjot. Indonesia semakin tertinggal jauh di riset ekstraksi cannabis oil dari Thailand.

President Prabowo sebaiknya menugaskan 1 orang untuk mengkonsolidasi kekuatan. Secara diam-diam. "Pemerintah Kuat"  is the key

Sebaiknya MBG enggak pakai susu. Ngejar kalsium & protein pake 2 sendok teh daun basil. Plus telur rebus. Setara 1 gelas susu.

Susu masih kontroversi di kalangan ahli gizi antimainstream. Riset menyatakan susu is no benefit for bone health

Susu & produknya adalah bisnis seperti Coca-Cola. In general, we don’t think Coke is out to better the world. Di China, Coca-Cola masuk kategori pembersih toilet. Ilusi susu coklat sebagai "recovery food" juga merupakan industry-supported idea.

Hanya balita yang butuh susu. Mereka punya enzim mencerna dan menyerap susu. Enzim lenyap pada anak kecil & dewasa. 

Historians catat praktik minum susu sapi berusia 8.000-10.000 tahun. Konsumsi susu spesies lain enggak pernah jadi instink. Badan enggak butuh secara alamiah. Species A enggak pernah minum susu dari species B. Rusa ya nyusu ke indukan rusa. Enggak pernah ke ibu babi. 

As the milks of different species contain different amounts of fat, protein, and sugar, leading some to question their healthfulness.

Human milk mengandung 4., persen lemak. Bayi pasti hanya butuh sekian. Susu Unta 2,5 persen lemak, enggak ideal buat bayi. Susu ikan paus lebih gawat. Lemaknya 34,8 persen. 

Karakter diturunkan via susu. Wet nurses & breastfeeding memperlihatkan hasil anak punya moral baik, cerdas, dan other desirable attributes

Sekitar 68 persen orang di bumi & 42 persen warga Amerika diperkirakan mengidap Lactose intolerance. Symptoms include stomach cramps, diarrhea, and gas.

Amerika mulai program "milk in school" di WW-1. Mereka butuh menaikkan produksi produk susu. Dikirim sebagai makan prajurit yang bertugas di luar negeri. 

Tapi produksi susu petani kurang. Karena upah rendah. Jadi Pemerintah berpikir, ciptakan demand untuk dibagikan ke school kids. Jadi ada demand untuk "fluid milk" yang akan diproses sebagai makanan tentara. 

Feed prices went up. Artificial feeding diiklankan secara besar-besaran & bombastic. Propaganda gila. Didasari power, corruption, greed, mass manipulation. Slogan "Eat more MILK" dibunyikan. Karena frase "Minum Susu" enggak dikenal & terasa lucu di telinga orang dewasa. 

Di Era Progressive, propaganda susu tetap ada, dan di-recycled selama WW-2. The soon-to-rot milk was homogenized into ‘government cheese’

Tahun 1946 President Truman rilis National School Lunch Act. Mengharuskan adanya susu. Orang tua ogah beli. Maka Pemerintah Federal memaksa susu masuk sekolah dengan anggaran negara. 

Slogan Propaganda "Milk Does a Body Good", "Milk Mustache" & "Got Milk?" terdengar lagi di era 90-an. Dibiayai oleh perusahaan besar seperti California Milk Processor Board, Goodby, Silverstein & Partners, MilkPEP dan Pro-milk lobbyist groups. Semuanya diorkestrasi United States Department of Agriculture (USDA). 

Penulis adalah Aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak)

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya