Berita

Anggota Komunitas Maklumat Djuanda (KMJ), John Muhammad, membacakan petisi soal kenaikan PPN 12 persen, Selasa 31 Desember 2024/RMOL

Politik

Komunitas Maklumat Djuanda Minta Pemerintah Batalkan PPN 12 Persen

SELASA, 31 DESEMBER 2024 | 15:56 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Elemen masyarakat yang mengatasnamakan Komunitas Maklumat Djuanda (KMJ) meminta pemerintah untuk membatalkan kebijakan PPN 12 persen. 

Menurut perwakilan KMJ, John Muhammad, masyarakat akan makin terbebani dengan adanya kebijakan tersebut. Terlebih kondisi ekonomi di Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja.

“Kami meminta rencana menaikkan PPN menjadi 12 persen, dibatalkan. Menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) ke 12 persen menambah beban masyarakat,” kata John di kawasan Jakarta Selatan, Selasa, 31 Desember 2024.


John menambahkan, masyarakat harus membayar lebih mahal barang-barang yang akan dibelinya, dan hal itu membuat hidup menjadi lebih susah. 

“PPN adalah instrumen yang tidak adil. PPN dikenakan kepada semua warga, kaya dan miskin. Membebani rakyat tampaknya jalan pintas yang gampang,” kritiknya.

Dipaparkan John, pemerintah bisa mengambil pajak dari sejumlah masyarakat kelas atas yang asetnya menguasai seluruh kekayaan Indonesia. Apalagi, ada banyak perusahaan raksasa yang tumbuh akibat ekstraktif, dengan kata lain mengeruk sumber daya alam dengan dampak kerusakan ekologi dan kepunahan keragaman hayati, serta terusirnya masyarakat adat dari ruang hidupnya beserta kepunahan banyak kebudayaan mereka. 

“Kaum kaya penikmat kekayaan sumber daya alam yang seharusnya ditarik pajak besar, sesuai kenikmatan yang mereka dapat,” tegasnya.

Menaikkan PPN untuk menjaga pertumbuhan ekonomi juga bukan kebijakan yang tepat,mengingat perekonomian stagnan dan cenderung menurun saat ini. Seperti defisit anggaran, utang yang semakin bertambah, pemutusan hubungan kerja akibat tutupnya semakin banyak pabrik, dan bangkrutnya perusahaan barang dan jasa. 

“Masyarakat akan kehilangan daya beli. Seharusnya pemerintah berhenti boros, terutama pada proyek-proyek gigantik yang tidak atau sekurangnya belum diperlukan rakyat, seperti ibukota negara, dan infrastruktur yang di masa sebelum ini dipaksakan berjalan,” tutupnya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya